Pages

Friday, April 30, 2010

A Whole New Mind

A Whole New Mind, oleh Daniel H. Pink. Membahas mengenai masa depan dari bisnis gobal akan dikuasai oleh orang-orang yang memanfaatkan otak kanannya (The Right Brainers).

Diawali dengan sedikit pendahuluan di sebuah laboratorioum neuroscience yang mempelajari aktivitas otak kanan dan kiri, Pink kemudian melanjutkan dengan sedikit latar belakang yang menjabarkan tentang 3 zaman yang kemudian beliau tambahkan dengan 1 zaman lagi, yang beliau prediksi akan segera terjadi:

1. Zaman Agrikultur/Pertanian (Petani)
2. Zaman Industri (Pekerja Pabrik/blue collar)
3. Zaman Informasi (Pekerja Iptek/white collar)

Ketiga zaman di atas sudah dan sedang kita lalui, dimana Zaman Informasi sudah diprediksikan sebelumnya oleh John Naisbitt yang menggantikan Zaman Industri. Pink lalu menyatakan bahwa Zaman Informasi pun tak lama lagi akan digeser dengan zaman baru, yaitu:

4. Zaman Konseptual (Pencipta, Kreativitas, Empatis)

Berbeda dengan Zaman Informasi yang sangat didominasi oleh orang-orang yang menggunakan otak kirinya (IQ), Zaman Konseptual membutuhkan lebih dari sekedar IQ. Justru, zaman ini akan bercirikan oleh orang-orang yang menggunakan otak kanannya (misal EQ). Hal ini bukan berarti otak kanan tidak dibutuhkan lagi, namun otak kanan saja tidak lagi cukup. Mengapa?

Pink menyebutkan adanya 3 kecenderungan yang mengarahkan masa depan bisnis dan ekonomi dunia; yaitu Kelimpahan (konsumer memiliki banyak sekali pilihan, semuanya tersedia), bangkitnya Asia (segala hal bisa di-outsourcing-kan ke pekerja di Asia yang jauh lebih murah), dan Otomatisasi (komputerisasi, robot, dll).

Orang-orang yang cerdas secara IQ (misal engineer, dokter, pengacara, progamer, dll) sudah semakin banyak, bahkan sudah banyak dari pekerjaan mereka mulai diotomatisasikan. Lulusan MBA di Asia, seperti di India dan Cina, harganya lebih murah dan memiliki kecerdasan yang sama, bahkan bisa melebihi, para Lulusan MBA dan Ph.D di negara-negara barat.

Maka, ada tiga bentuk pertanyaan untuk mengevaluasi kelanggengan jenis pekerjaan kita:

1. Apakah sebuah komputer dapat mengerjakannya dengan lebih cepat?
2. Apakah hasil pekerjaan kita masih dibutuhkan dalam dunia yang sudah berlimpah ini?
3. Apakah orang dari negara lain dapat mengerjakannya dengan lebih murah?

Apabila anda menjawab "ya" untuk pertanyaan nomor 1 dan 3, dan "tidak" untuk pertanyaan 2, maka karir anda sedang terancam. Lalu bagaimana? Perlu adanya suatu pembeda yang kompetitif, yaitu kreativitas, yang tentunya membutuhkan kemampuan otak kanan. Selain kreativitas, penentu lainnya adalah kemampuan mencipta, kepekaan emosi, empati, spiritualitas, konseptual, yang kesemuanya adalah peran dari otak kanan.

Kemudian Pink menjabarkan adanya 6 indrawi (kemampuan) yang perlu dimiliki agar bisa bertahan di Zaman Konseptual:

1. Design / disain; tidak hanya sekedar fungsi, namun juga memuaskan panca indra
2. Story / cerita: Narasi yang ditambahkan ke dalam produk dan jasa; bukan hanya sekedar argumentasi dan detil komposisi produk dan jasa
3. Symphony / simfoni: Pola pikir gambaran besar, bukan fokus pada detil
4. Emphaty / empati: Lebih dari sekedar logika, melibatkan emosi dan intuisi
5. Games / permainan: Membawa humor dan kesegaran pada bisnis, produk, dan jasa
6. Meaning / makna: nilai-nilai imateril dari produk dan jasa

Salah satu hal yang membuat terkesan adalah, bahwa sudah banyak sekolah-sekolah di USA yang mulai memasukkan kurikulum yang memiliki unsur pemberdayaan otak kanan. Misalnya sudah mulai banyak sekolah kedokteran yang memiliki mata kuliah dimana mahasiswanya diwajibkan belajar untuk mendengarkan pasiennya secara empati. Disana mereka belajar bukan hanya bertanya "bagian tubuh mana yang sakit?", namun juga "ceritakan tentang kehidupan anda", dll.

Bagaimana dengan anda?

Locus of Control

Locus of Control (LoC) adalah sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa. Seseorang dengan Internal LoC adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dari tindakannya. Sedangkan, orang dengan External LoC adalah mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain di luar kekuasaannya.

Tiap orang menilai kekuatan-kekuatan yang menghasilkan keberhasilan (sukses) dan kegagalan dengan sikap berbeda-beda. Seorang pelamar kerja yang sudah berkali-kali mengikuti tes dan tidak pernah lolos seleksi, misalnya, bisa saja menyalahkan dirinya karena kekurangannya. Ia mungkin berpikir, ah saya sarjana payah. Pendek kata, ia menilai kegagalannya berasal dari dalam dirinya (Faktor Internal - FI).

Suatu hari, tesnya berhasil. Ia mungkin saja menilai bahwa keberhasilannya bukanlah disebabkan FI-nya, seperti kecerdasan atau kemampuan berbahasa. Tapi, karena keberuntungan. Ah, demikian pikirnya, barangkali karena tidak banyak yang melamar. Jadi, ia menyikapi kegagalan dan keberhasilan dirinya dengan cara berbeda. Ia menerima kegagalannya karena FI tapi keberhasilannya karena FE (Faktor Eksternal). Kesimpulannya, orang bisa punya LoC yang berbeda, baik untuk sukses maupun gagal.

Selain dikotomi internal dan eksternal, penting untuk memahami keadaan stabil dan labil. Sekali lagi contohnya orang yang menjalani tes. Alkisah, nilainya jatuh, karena pada saat tes ia kelelahan dan konsentrasinya buyar karena ibunya masuk UGD. Jika ia tes lagi dalam keadaan bugar dan ibunya baik-baik saja, ia akan bisa mencetak nilai tes yang bagus. Keadaan ia sedang lelah kita sebut FI sedang labil; dan fakta bahwa ibunya di UGD kita sebut sebagai keadaan (FE) sedang labil, yang sifatnya sementara.

Saat menghadapi kegagalan, kita dianjurkan untuk menyikapinya sebagai keadaan FI sedang labil. Juga FE yang kurang mendukung. Contoh, seorang atlet hari itu prestasinya memble karena sedang pilek dan kakinya keseleo (FI sedang labil), ditambah lagi cuaca habis hujan, becek dan licin (FE sedang labil). Dengan demikian harga diri dan rasa percaya dirinya terlindung dengan baik. Pada lain kesempatan, di mana FI stabil dan FE seperti biasanya, ia akan berprestasi.

Yang terjadi sering terbalik. Ada yang menganggap keberhasilannya karena dukungan FE, misalnya karena ekonomi bagus, dll. Dan, ketika ia menghadapi kegagalan, ia malahan menuduh FI sebagai biangnya, misalnya ia merasa ia goblok. Jika kegagalan itu terjadi beruntun, lama kelamaan harga diri dan rasa percaya dirinya akan ambyar sehingga ia terpuruk.

Sikap yang benar adalah menempatkan FI sebagai faktor yang membuat Anda meraih sukses. Jika Anda naik gaji atau dapat promosi, katakan pada diri sendiri bahwa Anda memperolehnya karena FI yang Anda miliki: kecerdasan, karisma, atau pun ketekunan. Bukan karena FE: anugerah dari bos. Anda layak mendapatkan keberhasilan itu karena jerih payah Anda sendiri, karena memang Anda punya kelebihan. Jika Anda tidak kena PHK, itu bukan karena Anda beruntung atau dikasihani bos, tapi memang Anda tahan banting. Jika Anda tiba-tiba mendapat peluang, itu bukan karena beruntung, tapi karena Anda sudah mejeng memposisikan diri untuk meng-embat peluang itu.

Saat menghadapi keberhasilan, sangat bijak untuk tidak membesar-besarkan FE, tapi jika Anda sedang dirundung kegagalan, lebih bijak menyimak FI dan FE lebih saksama. Yang disimak apa? Stabilitas. Bisa jadi FI kita sedang labil misalnya sakit. Atau, karena FE yang sedang labil, misalnya ada huru hara. Dengan demikian bagian FI kita yang rawan, yakni harga diri dan rasa percaya diri, akan terlindung.

Labil bermakna bahwa faktor-faktor itu bersifat sementara. Jika faktor-faktor itu sudah stabil, kita akan mudah bangkit lagi dan tidak gagal. Kita bisa mengerahkan FI yang lebih berdaya guna. Dengan demikian kita mampu menghadapi kegagalan bertubi-tubi tanpa menjadi terpuruk dalam lembah keputusasaan. Kita mampu memahami bahwa kegagalan yang kita derita sifatnya sementara. Dalam kata-kata puitis ‘mendung tak selalu kelabu’, ‘ badai pasti berlalu ‘, ‘esok penuh harapan’. Cengeng dan klise ? Mungkin. Tapi, percayalah ini pernyataan ilmiah yang didukung dengan riset.

portalhr.com

Thursday, April 15, 2010

7 Steps to Tackle Fraud Using Data Analytics

1. Build a profile of potential risks
Fraud risks should be developed as part of an overall risk assessment. You’re not likely to make friends throughout the organization by conducting this on your own. If you think it’s high time to look into the fraud potential of purchasing cards, it’s probably a good idea to include the p-card manager in the discussions. That way it’s a joint effort that will benefit both parties and hopefully result in a more continuous approach to fraud risks in that area.

2. Test data for possible indicators
If you are serious about a fraud prevention and detection program, you are testing 100% of the data, not just random samples. Use ad hoc testing in addition to more formalized or regular tests. A purpose-built data analytics tool will allow you to access and analyze data from any source internal or external, without compromising data security.
Find out where controls are not working or ineffective. Look for controls that cannot be governed by application control settings. Once you’ve run some tests, standardize them so they can be used by others and to reduce the impact of staff turnover. What you’re doing is creating a repository of analytics that can be used over and over again.

3. Improve the process by implementing continuous analysis
Run tests on a continuous basis and provide management with immediate notification of a controls breach. Create a process for control remediation to close the loop. This is about building relationships again. By instating a process to deal with issues, you are strengthening your fraud program and this can have a huge impact on the way you work with other areas of the business as well as on the bottom line, if cost can be recovered.

4. Review results
By leveraging and automating technology, you will have more time for the fun part of fraud investigations. Drill down into the patterns and indicators that emerge from your analyses:
- Quantify the risks
- Identify and target high risk areas
- Consider risk monitoring dashboards

5. Expand scope and repeat
This process of building a profile, testing data, improving controls and reviewing information needs to be done on a regular basis. Automated, scheduled testing will make this simple.

6. Report
As we conclude an investigation, most of us will make recommendations on how to tighten controls or change processes to reduce the likelihood of non-compliance, but how many people are following up on these recommendations? Look into it and find out if the recommended actions have had the desired effect.

7. Communicate
I recently heard a fraud case study where informal communication was key. The case had to do with a large bottling company that uses fuel cards for its fleet of truck drivers. Last summer, when fuel costs were at their highest, the company reduced costs by $1.4 million. How? In addition to simple tests using both internal and credit card data, word of mouth played a big part. Fraudsters were using the cards during hours they weren’t working. A few of them were confronted and the jig was up. Word spread like wildfire and the fraudulent activity ceased pretty quickly once the truck drivers knew their transactions were being monitored, not just tested randomly, but continuously.

Dustin Lewis, CISA
Senior Technical Consultant
ACL Services Ltd.

Tuesday, April 13, 2010

Fungsi - fungsi dalam ACL

1. ABS ( ) berfungsi mengembalikan nilai absolut sebuah ekspresi numerik. Fungsi ini dapat digunakan untuk menentukan nilai absolut dari sebuah populasi data yang ingin dilakukan proses sampling.
Contoh penggunaannya adalah apabila auditor ingin mengetahui nilai absolut dari field transaction amount dimana terdapat salah input di field tersebut yang mengakibatkan nilai dari transcaction amount memiliki angka yang negatif, maka auditor dapat membuat kolom baru dengan memasukkan ekspresi ABS (‘Transaction_Amount’) yang dapat menghasilkan nilai absolut dari tiap field transaction amount. Setelah itu maka populasi data bisa didapatkan dan proses sampling bisa dilakukan.

2. AGE
( ) berfungsi menghasilkan jumlah hari yang muncul sebagai perbandingan antara tanggal cutoff yang diinginkan dengan tanggal dari field yang ingin dihitung.
Contoh penggunaannya adalah bila auditor ingin menghitung tanggal jatuh tempo dari sebuah transaksi penjualan dengan suatu cutoff date tertentu, misalkan tanggal 31 Januari 2000. Maka masukkan fungsi AGE (Invoice_Date, ‘20000131’) dalam suatu kolom yang baru, maka kolom tersebut akan menghasilkan selisih Invoice date dari tiap data. Apabila tanggal invoice melewati tanggal cutoff maka hasilnya akan positif dan bila tanggal invoice belum melewati tanggal cutoff maka hasilnya akan negatif. Dan juga untuk membandingkan tanggal pelunasan dan tanggal invoice.

3. ALLTRIM ( ) berfungsi menghilangkan spasi yang terjadi pada sebelum dan sesudah terdapatnya sebuah string.
Contoh penggunaannya adalah bila auditor ingin memastikan bahwa dalam data yang dimiliki oleh suatu tabel konsumen tidak terdapat data yang berisi hanya spasi, maka sebaiknya dilakukan fungsi ALLTRIM ( ) terhadap semua datanya sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan verify data agar proses audit bisa dilakukan dengan akurat.

4. ASCII ( ) berfungsi menghasilkan nilai desimal atau nilai numerik dari karakter pertama sebuah field yang sifatnya ‘Character’.

5. AT ( ) berfungsi mencari terjadinya suatu kata atau rangkaian kata di dalam sebuah rangkaian kata yang lain. Di dalam fungsi ini ditanyakan secara spesifik rangkaian kata yang dicari merupakan rangkaian kata yang terjadi ke berapa kali.

6. BETWEEN ( ) menghasilkan nilai True atau False tergantung dari apakah sebuah nilai yang ingin diperiksa berada diantara nilai minimum dan nilai maksimum yang ditetapkan.
Contohnya apabila auditor ingin membuktikan benar produk-produk yang dijual oleh suatu perusahaan yang diaudit memiliki range harga antara Rp 20.000 sampai Rp 60.000, maka bisa dibuat kolom baru dengan menggunakan fungsi BETWEEN (Price, 20.000, 60.000). Jika semua harga produk telah diinput dengan tepat maka hasilnya akan T semua.

7. BIT ( ) mengkonversi byte pada byte_location pada record yang diinginkan ke dalam 8 karakter long string yang terdiri dari angka 1 dan 0 yang merepresentasikan byte tersebut.

8. BLANKS ( ) menciptakan sejumlah karakter string yang terdiri dari suatu ukuran panjang yang spesifik yang terdiri dari hanya spasi.
Contohnya digunakan untuk memformat field tertentu dengan spasi, untuk memunculkan sebuah variabel, atau membuat suatu field menjadi lebih besar panjang karakternya dengan menambahkan sejumlah spasi.

9. BYTE ( ) memunculkan karakter yang timbul pada spesifik byte yang diinginkan untuk ditampilkan pada suatu record.
Contohnya dapat digunakan ketika auditor melakukan pengecekan pada data mahasiswa Fakultas Ekonomi UBAYA dimana kita ingin memastikan apakah digit ke 4 dari NRP para mahasiswa telah menunjukkan jurusan yang diambilnya dalam Fakultas Ekonomi, maka terhadap field NRP dapat dikeluarkan kolom baru dengan menggunakan fungsi BYTE (4), maka digit ke 4 dari NRP para mahasiswa dapat dikeluarkan dan dibandingkan dengan jurusan tempat para mahasiswa tersebut terdaftar.

10. CDOW ( ) berfungsi untuk memunculkan hari dari tanggal yang ingin dilakukan pemeriksaan.
Contohnya adalah ketika auditor ingin memeriksa data penjualan sebuah toko yang pada hari sabtu dan minggu tidak buka. Auditor ingin memeriksa apakah pada hari sabtu dan minggu tersebut terjadi pemesanan. Maka dapat dimasukkan fungsi CDOW (Tgl_Pesan, 7) untuk memunculkan hari terjadinya pemesanan tersebut sehingga dapat dicek apakah pemesanan dilakukan pada hari sabtu atau minggu.

11. CHR ( ) berfungsi untuk memunculkan sebuah karakter dari nilai desimal yang diinputkan.
Contohnya dalam audit adalah bila auditor ingin menambahkan nilai mata uang poundsterling (£) pada field harga produk. Maka dapat dibuat suatu kolom baru dengan menginput CHR (163) + Harga Produk untuk menghasilkan awalan £ pada nilai harga produk.

12. CLEAN ( ) berfungsi untuk mencari karakter yang ingin dihilangkan dalam suatu field, dan menghilangkannya beserta dengan karakter-karakter lain yang mengikutinya.
Contohnya dalam audit bila auditor ingin menghilangkan nilai desimal yang muncul dalam suatu angka 123.000,46. Maka auditor dapat membuat rumus CLEAN (“123.000,46”,”,”) sehingga angka yang muncul hanya angka 123.000 tanpa memunculkan nilai desimalnya.

13. CTOD ( ) berfungsi untuk mengubah nilai suatu karakter atau ekspresi numerik menjadi ekspresi tanggal yang valid.
Contohnya dalam audit dapat digunakan oleh auditor ketika field tanggal dalam suatu tabel penjualan susah untuk dimengerti karena ekspresinya bukan merupakan ekspresi tanggal yang baku, misalnya tertulis 991231. Auditor ingin mengubah data ini menjadi ekspresi tanggal, maka dapat digunakan fungsi CTOD (“991231”) sehingga menghasilkan ekspresi “12/31/99”.

14. CUMIPMT ( ) menghitung jumlah bunga (anuitas) yang dibayarkan dari sejumlah nilai pinjaman pada suatu periode yang spesifik.
Contohnya dalam audit dapat dipakai untuk menemukan jumlah bunga yang harus dibayar pada tahun kedua dari pinjaman yang bernilai 275.000 dengan nilai hipotek 65% per tahun dengan pembayaran yang dilakukan pada awal bulanm maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus CUMIPMT (0.065/12, 12*25, 275000, 13, 24, 1). Maka jumlah yang didapatkan adalah sebesar 7.343,28.

15. CUMPRINC ( ) menghitung jumlah yang dibayarkan terhadap pokok pinjaman dari sebuah hutang pada suatu periode (mengitung saldo final).
Contohnya dalam audit dapat dipakai untuk menemukan jumlah yang dibayarkan terhadap pokok pinjaman dari tahun kedua terhadap pinjaman selama 25 tahun sebesar 275.000 dengan tingkat hipotek sebesar 6,5% per tahun, dengan pembayaran setiap akhir bulan. Maka auditor dapat membuat fungsi CUMPRINC (0,065/12*25, 275000, 13, 24). Dengan rumus tersebut dapat dihasilkan jumlah yang dibayar terhadap pokok pinjamannya adalah sebesar 4.844,61.

16. DATE ( ) mengkonversi ekspresi tanggal, tanggal sistem saat ini, ada nilai field suatu tanggal menjadi representasi string karakter dari tanggal tersebut.
Contohnya dalam audit, apabila auditor ingin menampilkan tanggal hari ini dari suatu tabel, maka auditor dapat membuat kolom baru dan mengisi dengan DATE ( ), maka akan keluar tanggal sistem hari ini.

17. DEC
( ) memampukan kita untuk menspesifikasikan berapa jumlah desimal yang kita inginkan dari ekspreasi numerik atau nilai sebuah field dan membulatkan angka desimal tersebut keatas atau kebawah sesuai dengan nilai desimalnya.
Contoh dalam audit adalah ketika auditor ingin menampilkan nilai field transaksi dari tabel penjualan dengan tanpa angka di belakang koma, maka auditor dapat menginput DEC (Nilai_Transaksi, 0). Dengan menginput ini dalam sebuah kolom baru maka didapatkan nilai transaksi yang baru dengan pembulatan ke atas atau ke bawah sesuai dengan keinginan dari auditor

18. DIGIT
( ) memunculkan nilai batas atas atau batas bawah dari sebuah byte pada posisi yang spesifik dalam record.

19. DOW
( ) menghasilkan nilai numerik yang mengandung digit dari 1 sampai 7 yang merepresentasikan hari dari seminggu. Digit 1 merepesentasikan hari minggu.
Contoh pemakaian dalam audit adalah ketika auditor ingin melihat field tanggal dari suatu record, misalnya terisi tanggalnya 20100331, atau 31 Maret 2010, dimana auditor ingin melihat dalam bentuk numerik tanggal tersebut untuk kemudian dilakukan proses audit lebih lanjut, maka auditor dapat menggunakan fungsi DOW (‘20100331’) dan akan menghasilkan angka 4.

20. EBCDIC ( ) berfungsi untuk mengubah sebuah string menjadi karakter EBCDIC.
Contohnya dapat dipakai untuk menciptakan sebuah field yang mengandung nilai EBCDIC dari field yang lama untuk tujuan diupload ke mainframe.

21. EFFECTIVE
( ) berfungsi untuk menghitung effective anual interest rate dari sebuah pinjaman.
Contohnya dalam audit dapat dipakai untuk menghitung effective annual interest rate dari sebuah pinjaman yang dibebani bunga 18% secara compoundly per bulan. Maka dapat dihitung effective annual interest rate nya yaitu sebesar EFFECTIVE (0,18, 12) = 0,19561817, atau sebesar 19,56 %.

22. EXCLUDE ( ) berfungsi menghilangkan sejumlah karakter yang ingin dikeluarkan dari suatu string.
Contoh pemakaiannya dalam audit ketika auditor ingin melakukan sorting terhadap invoice number dari suatu tabel penjualan dimana di awal nomor invoice terdapat karakter mungkin tidak sengaja terinput yang dapat mengacaukan proses sorting nomor invoice tersebut, misalnya invoice nomor /#12345. Auditor dapat menghilangkan karakter-karakter yang tidak diperlukan itu dengan menggunakan fungsi EXCLUDE (INVOICE_NO, “/#”) sehingga invoice yang ditampilkan hanya nomor 12345.

23. EXP ( ) menghasilkan nilai eksponensial (berbasis 10) dari sebuah ekspresi numerik

24. FILESIZE ( ) menghasilkan ukuran sebuah file. Fungsi ini digunakan untuk menentukan ukuran sebuah file dalam bentuk bytes atau apakah file tersebut ada atau tidak. Jika file yang dimaksud tidak ada maka fungsi ini akan menghasilkan nilai -1.
Contoh penggunaannya dapat dipakai untuk menguji keberadaan sebuah file dengan tujuan untuk mengendalikan eksekusi dari sebuah script, atau untuk digunakan lagi untuk sebuah perhitungan yang berguna bagi proses audit.

25. FIND ( ) berfungsi untuk menemukan string dalam karakter dari field yang ingin kita cari. Fungsi ini sifatnya tidak sensitif (bisa menemukan baik uppercase maupun lowercase). Bisa juga digunakan untuk mencari suatu string dalam karakter di dalam records.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah bila auditor ingin mencari suatu suatu data atau menampilkan hanya data-data yang mengandung karakter tertentu dalam data yang sedang diaudit.

26. FREQUENCY ( ) menghasilkan frekuensi Benford yang diinginkan untuk menghasilkan digit numerik positif hingga ketepatan delapan digit. Fungsi ini memampukan pemakai untuk melakukan Benford tests yang terbatas untuk situasi yang spesifik.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit dapat dipakai ketika auditor ingin mengaudit klaim asuransi yang memiliki batas persetujuan pada jumlah yang spesifik. Auditor dapat menggunakan fungsi FREQUENCY ( ) untuk menyelidiki jumlah yang berada di bawah batas persetujuan.

27. FTYPE ( ) menghasilkan nilai yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi tipe dari field yang akan diteliti.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah untuk memastikan dalam sebuah field yang ingin dilakukan penjumlahan secara total, misalnya field Quantity barang yang dijual, bahwa tipe dari field ini adalah numerik sehingga bisa dilakukan penjumlahan dengan benar.

28. FVANNUITY ( ) berfungsi menghitung future value dari sebuah rangkaian pembayaran, yaitu jumlah dari pembayaran ditambah dengan bunganya.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah bila auditor ingin menghitung nilai future value dari hutang yang dimiliki perusahaan, misalnya dimana pembayaran hutang tersebut adalah diangsur sebesar $1.000 per bulan dengan bunga 1% per bulan. Maka dapat dimasukkan rumus FVANNUITY (0.01, 12, 1000). Hasil dari perhitunganny adalah $12.682,50.

29. FVLUMPSUM ( ) berfungsi untuk menentukan future value dari sebuah investasi. Future value yang didapatkan disini adalah total jumlah yang akan didapatkan dari sebuah investasi dengan suatu tingkat bunga tertentu ketika seseorang menempatkan sejumlah uang di bank dan meninggalkannya. Maka nilai saldo akhir di bank tersebut adalah future value dari investasi yang dilakukan.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung nilai future value dari investasi perusahaan sebesar $1.000 di suatu bank setelah 12 bulan dengan tingkat bunga 1% per bulan. Maka auditor dapat memasukkan fungsi FVLUMPSUM (0.01, 12, 1000). Future value yang dihasilkan dari fungsi ini adalah sebesar $1.126,83.

30. FVSCHEDULE ( ) berfungsi untuk menghitung nilai future value dari sebuah investasi dengan tingkat bunga yang berbeda-beda.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung nilai future value dari investasi yang dimiliki oleh perusahaan sebesar $1.000 dengan tingkat bunga sebesar 9%, 10%, dan 7%. Dengan memasukkan fungsi FVSCHEDULE (1000, 0.09, 0.1, 0.07) maka akan menghasilkan future value sebesar $1.282,93.

31. HEX ( ) berfungsi mengkonversi nilai atau ekspresi sebuah field kedalam hexadecimal string.
Contoh penggunaannya dapat dilakukan ketika mencari nilai hex dari field X yang mengandung string 12345 maka dapat dibuat fungsi HEX (X) = “3132333435”

32. INCLUDE ( ) berfungsi untuk memunculkan sebuah string variabel dengan panjang tertentu, yang hanya merupakan karakter yang secara spesifik ingin ditampilkan.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menampilkan hanya bagian angka saja dari field nomor invoice yang terdiri dari karakter dan numerik. Maka auditor dapat melakukan fungsi INCLUDE (“NomorInvoice”, “0123456789”), maka nomor invoice yang ditampilkan hanya yang akan bersifat numerik saja.

33. INT ( ) menghasilkan nilai integer dari sebuah ekspresi numerik atau nilai sebuah field.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menghilangkan nilai sen dari field nilai transaksi dalam tabel penjualan. Maka dapat dibuat fungsi INT (Trans_Amount) dalam sebuah kolom baru sehingga menghasilkan nilai transaksi tanpa nilai sen nya.

34. IPMT ( ) berfungsi menghitung jumlah pembayaran bunga dari sebuah pinjaman pada sebuah periode yang spesifik.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah untuk menghitung jumlah bunga yang jatuh tempo pada tahun pertama dari pinjaman dengan jangka waktu tiga tahun sebesar $9.600 pada tingkat bunga 8.5% per tahun, dimana pembyaran dilakukan setiap akhir tahun. Maka auditor dapat memasukkan fungsi IPMT (0.085, 1, 3, 9600) dimana fungsi tersebut akan menghasilkan nilai bunga sebesar $816.

35. ISBLANK ( ) digunakan untuk menemukan records yang memiliki informasi yang terhilang. Fungsi ini akan mencari entry dalam bentuk blank yang seharusnya tidak ada, dan digunakan untuk logical testing. Hasil dari tes ini akan berbentuk True atau False. True apabila dalam string tersebut memang tidak ada isinya, dan False apabila dalam string yang dimaksud terdapat suatu karakter.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin melakukan tes terhadap suatu field atau record yang didalamnya kelihatan kosong, apakah memang benar tidak ada nilainya. Maka dapat dibentuk kolom baru dengan menggunakan fungsi ISBLANK ( ) untuk melihat apakah field tersebut benar-benar-kosong atau mengandung suatu karakter.

36. LAST ( ) berfungsi untuk menghasilkan sejumlah karakter yang diinginkan dari akhir sebuahb string.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah apabila auditor ingin menampilkan hanya beberapa digit akhir dari sebuah kode penjualan atau persediaan, customer, maupun supplier, maka fungsi LAST ( ) ini dapat digunakan untuk membuat filter yang hanya menampilkan beberapa digit akhir dari kode-kode tersebut yang memang ingin ditampilkan oleh auditor.

37. LEADING ( ) berfungsi menghasilkan sejumlah string karakter yang mengandung angka spesifik dari digit-digit awal karakter tersebut.
Contoh penggunaannya dalam audit dapat dipakai ketika auditor ingin membuat filtering untuk elemen-elemen non digit seperti angka nol di depan, digit-digit non numerik, dan simbol desimal ataupun simbol- simbol mata uang.

38. LENGTH ( ) berfungsi untuk menghitung panjang string secara spesifik.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin melihat apakah terkandung spasi dalam karakter yang terdapat dalam sebuah field, maka auditor dapat menggunakan fungsi ini untuk menghitung banyaknya karakter yang terdapat pada field tersebut. Misalnya sebuah field terlihat tidak ada isinya namun ternyata setelah dilakukan fungsi LENGTH menunjukkan bahwa ada string yang terkandung didalamnya maka field itu mengandung spasi dan bukannya blank field.

39. LOG ( ) berfungsi untuk menghasilkan logaritma (basis 10) dari sebuah ekspreasi numerik atau nilai field yang mengandung nilai desimal yang spesifik. Fungsi ini merupakan kebalikan dari fugnsi EXP( ) dan dapat digunakan untuk aplikasi keuangan yang membutuhkan perhitungan matematika yang kompleks.

40. LOWER ( ) berfungsi untuk menjadikan semua karakter alfabet yang berbentuk huruf besar menjadi huruf kecil.

41. LTRIM ( ) berfungsi untuk menghilangkan spasi yang terjadi di awal string.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin mengolah suatu data dimana di dalam data tersebut terkadang terdapat salah ketik berupa spasi di awal data. Dengan menggunakan fungsi LTRIM ( ) auditor dapat menghilangkan spasi-spasi di awal data tersebut sehingga bisa dilakukan proses audit lebih lanjut.

42. MAP ( ) berfungsi melakukan perbandingan karakter demi karakter dari sebuah data sumber dengan data lain yang dispesifikasikan, dan menghasilkan nilai True atau False.
Contoh penggunaannya dalam audit dapat dipakai ketika auditor ingin membandingkan dua macam data untuk menguji apakah pola dan jumlah dari karakter yang ingin diuji dengan karakter pengujinya sama. Kalau pola dan jumlahnya sama maka hasil dari fungsi MAP ( ) akan menghasilkan nilai True, dan kalau tidak sama maka akan menghasilkan nilai False.

43. MASK ( ) berfungsi mengeluarkan bits individu dari pyte pertama dari sebuah ekspresi karakter. Fungsi ini digunakan untuk mengidentifikasi pola bit spesifik dalam sebuah data bit.

44. MATCH ( ) berfungsi untuk melakukan komparasi terhadap sebuah ekspresi atau nilai sebuah field untuk menentukan apakah terdapat paling tidak satu kecocokan dengan data yang ingin dikomparasikan.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor melihat tabel inventory dan ingin menampilkan hanya data yang jenis kode gudangnya hanya berasal dari Gudang no 6 dan 17. Dengan menggunakan fungsi MATCH (Lokasi, “6” , “17”) pada filter dapat menampilkan hanya data inventory yang tempat penyimpanannya berasal dari gudang 6 dan 17.

45. MAXIMUM ( ) berfungsi untuk mengeluarkan nilai yang lebih besar antara dua data yang ingin dibandingkan.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin mengeluarkan field baru dalam tabel inventory untuk melakukan komparasi antara unit barang yang ada di gudang dengan reorder levelnya. Dengan menggunakan fungsi MAX ( ) antara dua field ini maka dapat ditampilkan mana unit yang lebih besar.

46. MINIMUM ( ) berfungsi untuk mengeluarkan nilai yang lebih kecil antara dua data yang ingin dibandingkan.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin membandingkan antara HPP dengan harga jual dalam tabel inventory untuk memastikan apakah yang lebih rendah harga jual atau HPP nya. Auditor dapat memakai fungsi MINIMUM (Cost, Sale_Price) dalam sebuah kolom baru untuk menampilkan data tersebut.

47. MOD ( ) berfungsi untuk membagi suatu bilangan dengan bilangan lainnya dan menampilkan sisa dari pembagiannya yang tidak habis terbagi.

48. NOMINAL ( ) berfungsi untuk mengkalkulasi tingkat bunga nominal tahunan dari sebuah pinjaman.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor mencoba untuk menghitung tingkat bunga nominal tahunan dari pinjaman perusahaan dengan mengetahui tingkat suku bunga efekrifnya. Dengan menggunakan fungsi NOMINAL ( ) maka auditor dapat menghitung tingkat suku bunga nominalnya.

49. NPER ( ) berfungsi untuk menghitung jumlah periode yang diperlukan untuk membayar suatu pinjaman.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung berapa periode yang diperlukan untuk membayar kembali pinjaman perusahaan sebesar $1.000 pada tingkat bunga 8% dengan pembayaran $50 pada setiap akhir bulan. Maka auditor dapat menggunakan fungsi NPER (0.08/12, 50, 1000, 1) maka pinjaman tersebut akan terbayarkan setelah 21,54 bulan.

50. OCCURS ( ) berfungsi menghitung jumlah karakter yang terjadi dalam suatu string karakter.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin mencari di dalam tabel penjualan, berapa kali terjadi penjualan yang berasal dari suatu supplier tertentu, maka auditor dapat menggunakan filter OCCURS (Supplier, “X”).

51. OFFSET ( ) berfungsi menyesuaikan posisi awal dari sebuah field dalam suatu record tertentu.

52. PACKED ( ) berfungsi mengkonversi suatu angka ke tipe data packed yang memiliki panjang yang spesifik. Fungsi ini digunakan untuk menciptakan data numerik dalam format yang packed. Hal ini mungkin diperlukan ketika pengguna mau menciptakan data yang dapat dibaca oleh aplikasi eksternal.

53. PMT ( ) berfungsi untuk menghitung besarnya pembayaran periodik yang harus dilakukan untuk sebuah pinjaman, dengan asumsi besarnya pembayaran yang dilakukan konstan dan memiliki tingkat bunga yang konstan juga.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung besarnya pembayaran yang harus dilakukan pada pinjaman sebuah perusahaan sebesar $9.600 dengan bunga 8,5% yang diangsur bulanan dengan jangka waktu tiga tahun. Auditor dapat menggunakan fungsi PMT (0.085/12, 3*12, 9600) untuk mendapatkan hasil sebesar $303,05 sebagai jumlah pembayaran yang harus diangsur tiap bulan.

54. PPMT ( ) berfungsi untuk menghitung pokok pinjaman yang harus dibayar untuk sebuah pinjaman pada sebuah periode tertentu.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung berapa nilai pokok pinjaman perusahaan yang harus dibayar di awal bulan dari pinjaman tiga tahun sebesar $9.600 pada tingkat bunga 8,5% per tahun yang dibayar setiap awal bulan. Untuk menemukan hasilnya, auditor dapat menggunakan fungsi PPMT (0.085/12, 1, 3*12, 9600, 1) untuk mendapatkan hasil $300,92 sebagai jawabannya.

55. PROPER ( ) berfungsi untuk mengkonversi karakter alfabet dalam sebuah string atau field ke dalam huruf besar dan kecil. Fungsi ini menggunakan aturan bahwa karakter alfabet pertama akan dikonversi menjadi uppercase atau huruf besar, dan karakter alfabet yang mengikuti akan dikonversi menjadi huruf kecil atau lowercase.
Fungsi ini dapat digunakan dalam audit ketika auditor ingin melakukan pergantian terhadap penulisan atau kata-kata yang salah dalam suatu tabel dari database yang sedang dilakukan proses audit.

56. PVANNUITY ( ) berfungsi untuk menghitung present value dari sebuah rangkaian pembayaran. Fungsi ini digunakan ketika pengguna ingin menentukan berapa nilai saat ini dari serangkaian pembayaran yang akan dilakukan di masa depan.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung berapa present value dari piutang perusahaan real estate yang pembayarannya diangsur oleh konsumennya selama 20 tahun, dengan nilai pembayaran $500 per bulan dengan tingkat suku bunga 8% per tahun. Dengan menggunakan fungsi PVANNUITY (0.08, 12*20, 500) maka akan didapatkan hasil present valuenya sebesar $59.777,15.

57. PVLUMPSUM ( ) berfungsi untuk menghitung nilai present value dari sebuah pembayaran yang akan dilakukan sekali di masa mendatang.
Contoh penggunaan fungsi ini dalam audit adalah ketika auditor ingin menghitung nilai present value dari pembayaran yang akan dilakukan perusahaan tiga tahun mendatang dengan nilai $10.000 dan dengan asumsi tingkat suku bunga 11% per tahun. Maka dapat digunakan fungsi PVLUMPSUM (0.11/12, 3*12, 10000) untuk menghasilkan nilai present value sebesar $7.200,05.

58. RAND ( ) berfungsi menghasilkan suatu angka acak antara nol sampai dengan nilai yang spesifik yang diinginkan atau dengan nilai sebuah field.
Contoh penggunaan fungsi ini dapat dilakukan oleh auditor ketika auditor ingin menghasilkan sebuah angka acak yang dapat digunakan di dalam atau di luar ACL.

59. RATE ( periods , payment , amount )
Dipergunakan untuk menghitung tingkat pengembalian suku bunga perperiode
Contoh pada penerapan audit, tarif dipergunakan untuk mengecek tingkat suku bunga pada data yang sedang diaudit.

60. RECLEN ( )
Dipergunakan untuk mengembalikan panjang record pada suatu field
Dalam audit hal ini dipergunakan untuk menguji record pendek dan record panjang pada suatu field tertentu.
61. RECNO ( )
Dipergunakan untuk melihat secara spesifik record tertentu dalam suatu tabel.
Penggunaan dalam audit adalah untuk memberikan penomoran pada record dalam suatu tabel, jika tabel tidak diindeks maka penomoran record akan dimulai dari nilai 1.

62. RECOFFSET ( field , number_of_records )
Berfungsi untuk melihat dan membandingkan record-record dalam suatu tabel.

63. REMOVE ( string , valid_characters )
Berfungsi untuk menghilangkan / menghapus karakter-karakter yang tidak dikehendaki dalam sebuah string character.
Didalam audit fungsi ini dapat dipergunakan sebagai cara untuk menormalisasi kolom data yang tidak memiliki format yang konsisten, seperti menghapus tanda baca atau informasi yang tidak valid lainnya. Sehingga dapat diperoleh data yang memiliki format konsisten.

64. REPEAT( string , count )
Fungsi dari REPEAT ini digunakan untuk menginisialisasi variabel dengan nilai konstan atau kosong, atau untuk menetapkan nilai standar untuk sebuah perhitungan. Hal ini berguna untuk aplikasi pemrograman tingkat lanjut.

65. REPLACE ( string , old_text , new_text )
Fungsi ini dipergunakan untuk melakukan normalisasi data fields yang memiliki format tidak konsisten, seperti address fields atau dipergunakan untuk mengganti informasi yang cacat dalam sebuah field yang buruk. REPLACE () juga dapat dipergunakan untuk menghapus karakter string tertentu, dan menggantikannya dengan sebuah karakter string kosong.

66. REVERSE ( string )
Fungsi ini dipergunakan untuk membalik characters yang terdapat dalam suatu string.
REVERSE("ABCD E") = "E DCBA"
Didalam audit fungsi ini dapat dipergunakan untuk mengecek karakter-karakter dalam suatu fields, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan terdapat format yang mirip.

67. RJUSTIFY ( string)
Fungsi ini dipergunakan untuk meratakan charachter dalam sebuah fieldskesebelah kanan.
Didalam audit fungsi ini diperlukan untuk meratakan fields yang mengandung nilai nominal, misalnya harga. Sehingga data yang tersaji menjadi lebih rapi.

68. ROOT ( number , decimals )
Dipergunakan untuk mengembalikan akar kuadrat dari suatu ekspresi numerik atau nilai lapangan. Auditor harus menentukan jumlah desimal dalam hasil
ROOT(25, 2) = 5.00
ROOT(250, 6) = 15.811388

69. ROUND ( number )
Digunakan untuk pembulatan angka-angka yang memiliki jumlah desimal.
ROUND(4.2) = 4
ROUND(4.6) = 5

70. SHIFT ( character , number_of_bits_to_left )
Fungsi ini akan mengambil character pertama dari ekspresi atau bidang nilai dan menggeser bit ke kiri atau kanan dengan jumlah bit tertentu. Ini kembali satu-karakter string panjang.
Fungsi ini diperlukan auditor apabila menghendaki untuk membuat konversi dari character kedalam format bits.

71. SOUNDEX ( name )
Fungsi Soundex () akan mengembalikan nilai empat-karakter string tertentu Auditor dapat membandingkan dengan nilai string yang lain untuk melihat apakah kedua string yang secara fonetik serupa.
Dalam audit fungsi dapat dipergunakan untuk mencari item dengan entri ganda atau item mana ejaan tidak konsisten.

72. SOUNDSLIKE ( name , sounds_like_name )
Dipergunakan untuk mengidentifikasi apakah terdapat kesamaan atau tidak diantara dua string yang memiliki character hampir mirip.
Contoh penggunaan fungsi dalam audit digunakan untuk membandingkan setiap string untuk mengidentifikasi item yang mirip suara untuk tujuan yang sesuai.

73. SPLIT ( string , separator , segment <,text_qualifier> )
Fungsi ini dipergunakan untuk memisahkan segmen-segmen string karakter seperti spasi atau koma.

74. STRING ( number , length <,format> )
Fungsi string digunakan untuk melakukan manipulasi / mengubah data karakter / string. String sendiri merupakan kumpulan karakter, angka, kombinasi huruf & angka. Auditor dapat melakukan manipulasi string sesuai kebutuhan yang bersangkutan.

75. SUBSTR ( string , start , length )
Fungsi substring ini dipergunakan untuk mengisolasi bagian dari chacracter expresion atau field value.

76. TEST ( byte_position , string TIME )
Mencari karakter string tertentu pada lokasi tertentu di sebuah record.
Secara otomatis digunakan apabila auditor akan melakukan filter ketika menambahkan New Data tab Filter dari window Layout Tabel.

77. TIME ( )
Digunakan untuk mengembalikan waktu dan tanggal sesuai dengan jam sistem dalam bentuk HH: MM: SS,.
Contoh penggunaan dalam audit, digunakan untuk menentukan waktu saat ini atau waktu pada masa dilakukannya audit.

78. TRANSFORM ( original_string )
Berfungsi untuk membalikkan urutan tampilan data dalam karakter atau string.
mengidentifikasi data bidirectional dan menampilkan dengan benar di dalam view, dari kanan ke kiri. Semua karakter lain layar dari kiri ke kanan.

79. TRIM ( string )
Berfungsi untuk merapikan character yang berada didalam suatu record, misalnya menghilangkan spasi didalam suatu susunan character.
TRIM("AB C ") = "AB C"
TRIM("ABC") = "ABC"
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin mengolah suatu data dimana di dalam data terjadi salah ketik berupa spasi di awal data. Dengan menggunakan fungsi ini auditor dapat menghilangkan spasi-spasi di awal data tersebut sehingga bisa dilakukan proses audit lebih lanjut.

80. UNSIGNED ( number , length_of_result )
Berfungsi sebagai cara untuk merubah data numerik ke dalam format unsigned.
Contoh penggunaan dalam audit diperlukan pada saat membuat data yang akan dibaca oleh aplikasi eksternal.

81. UPPER ( string )
Fungsi ini dipergunakan untuk mengubah character kecil menjadi character besar (uppercase)

82. VALUE ( string , decimals )
Fungsi ini dipergunakan untuk mengkonversi ekspresi karakter atau field value kedalam numeric value untuk digunakan dalam perintah ACL.
Contoh penggunaan dalam audit, digunakan suntuk mencari angka desimal yang mungkin tersembunyi karena sebelumnya telah dibulatkan, nilai 500 yang tidak mengandung nilai desimal, dengan fungsi value (500,2) maka dapat dimunculkan 2 angka desimal dibelakang nilai 500. misal 500.05.

83. VERIFY ( field )
Fungsi ini digunakan untuk memastikan apakah suatu field berisi data yang valid / tidak cacat. Berbeda dengan verify command, verify data lebih kepada hal -hal yng lebih spesifik dan melanjutkan dengan cara-situasi tertentu.

84. ZONED ( number , length )
Fungsi zoned digunakan untuk ekspor data ke aplikasi lain, seperti program kerja kertas, yang memerlukan file data yang telah dikategorikan sebagai input.
Contoh penggunaannya dalam audit adalah ketika auditor ingin menormalisasi data didalam suatu field dengan menggunakan field kunci. Misal pada suatu tabel menggunakan numeric field dan tabel yang lain menggunakan format character field maka dengan fungsi zoned ini auditor masih dapat membandingkan tabel meskipun berbeda format.

85. ZSTAT ( actual , expected , population )
Fungsi ZSTAT dipergunakan untuk menghitung Z standar-statistik untuk melihat dan mengevaluasi frekuensi kemungkinan terjadinya hasil diberikan dalam periode tertentu atau kategori. Semakin besar statistik-dihasilkan Z terjadinya, semakin kecil kemungkinan terdapat. Misalnya, Z-statistik 1,96 memiliki signifikansi 0,05, mewakili kemungkinan waktu satu dalam 20 kejadian, sedangkan statistik-Z sebesar 2,57 memiliki signifikansi 0,01, mewakili kemungkinan waktu satu dalam 100 kejadian.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...