Pages

Sunday, May 15, 2011

Marketing Research dan Information System

Marketing research (riset pemasaran) adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, perumusan tujuan penelitian, pengumpulan data, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Semuanya itu ditujukan sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar. Berkenaan dengan definisi yang luas mengenai riset pemasaran, American Marketing Association (AMA) memberikan definisi resmi mengenai riset pemasaran sebagai “fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan dan masyarakat umum dengan pemasar melalui informasi. Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan peluang dan masalah pemasaran; merumuskan, menyempurnakan dan mengevaluasi tindakan-tindakan pemasaran; memantau kinerja pemasaran; dan menyempurnakan pemahaman yang dapat membuat aktivitas pemasaran lebih efektif.

Informasi, Analisis, dan TindakanAnalisis atas informasi yang dibutuhkan adalah titik awal dalam perencanaan dan perolehan informasi. Informasi harus dihimpun dan dievaluasi untuk keputusan pemasar-an dan dikaitkan dengan keseluruhan strategi perusahaan.

Informasi dikategorikan atas:
1.Informasi yang secara teratur dilaporkan kepada manajemen pemasaran dari sumber-sumber internal dan eksternal
Contoh: Analisis biaya penjualan, pangsa pasar, dan survei kepuasan pelang-gan; dan
2. Informasi yang diperoleh karena kebutuhuan untuk suatu permasalahan atau situasi tertentu.
Contoh: Meliputi tes konsep produk baru, penelitian preferensi merek dan penelitian efektifitas periklanan.

Proses Riset Pemasaran
 1.Perumusan Masalah
Salah satu peranan penting dari riset pemasaran adalah membantu merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan secara jelas dan akurat. Proses perumusan masalah meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
2.Penentuan Desain Riset
Pada tahapan ini dibuat kerangka untuk melaksanakan penelitian. Di dalamnya memuat secar a rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan model analisis yang dipergunakan.
3.Perancangan Metode Pengumpulan Data
Setelah ditentukan model yang dipakai untuk pengumpulan data, dilakukan kegiatan pengumpulan data  baik primer maupun sekunder. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara interviewing, dengan wawancara langsung, telepon maupun surat. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dapat digunakan fasilitas internet, perpustakaan, publikasi lembaga-lembaga statistik, majalah dan sebagainya.
4.Perancangan Sampel dan Pengumpulan Data
Perancangan sampel harus dilakukan dengan menspesifikasi kerangka sampling, proses pemilihan sampel dan jumlah sampel. Kerangka sampling merupakan daftar unsur populasi yang harus diambil sampelnya. Proses pemilihan sampel didasarkan pada berbagai metode sampling, baik probability sampling maupun non probability sampling.
5.Analisis dan Interpretasi Data
Temuan riset pemasaran tidak akan ada nilainya jika tidak dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis data terdiri atas beberapa langkah, yakni: editing, koding, tabulasi, analisis (misalnya uji statistik) dan interpretasi data.
6.Penyusunan Laporan Riset
Laporan riset merupakan rangkuman hasil, kseimpulan dan rekomendasi penelitian yang diserahkan kepada pihak manajemen untuk pengambilan keputusan. Biasanya laporan riset akan menjadi standar penilaian yang digunakan para eksekutif dalam mengevaluasi proses manfaat riset pemasaran. oleh sebab itu laporan riset harus jelas, informatif dan akurat.

Perkembangan dalam teknologi informasi menyebabkan revolusi dalam distribusi informasi. Dengan kemajuan dalam komputer, perangkat lunak, dan telekomunikasi baru-baru ini, sebagian besar perusahaan melakukan desentralisasi sistem informasi pemasaran. Dalam banyak perusahaan, manajer pemasaran dapat mengakses langsung jaringan informasi lewat komputer pribadi dan sarana-sarana lain. Dari lokasi mana-pun, mereka dapat memperoleh informasi dari catatan internal atau jasa informasi yang disediakan pihak luar, menganalisis informasi tersebut menggunakan paket data statistik dan model, menyiapkan laporan dengan menggunakan pengolah kata atau sistem penerbitan desktop, dan berkomunikasi dengan rekan sejawat dalam jaringan lewat komunikasi elektronik.

Aspek-aspek Penggunaan Sistem Informasi Sumber informasi dapat berupa internal maupun eksternal. Baik sumber internal maupun eksternal dapat dibagi jauh anatar sumber domestik dan internasional. Cara lainnya mengklasifikasi sumber informasi adalah dengan membedakan antara sumber-sumber sekunder dan primer informasi dapat dikumpulkan dalam berbagai cara — lewat surat, lewat telepon atau via terminal komputer. Sejumlah informasi dapat dikumpulkan secara terstruktur atau hanya dengan cara awal – akhir. Desain sistem harus ditinjau dari waktu ke waktu guna memastikan bahwa sistem tersebut masih memenuhi tuntutan yang diletakkan padanya. Telaah harus juga mengevaluasi hubungan manfaat biaya dari keseluruhan sistem. Telaah dapat menya-rankan modifikasi dalam satu atau lebih dari komponen sistem.

Sistem pendukung Keputusan PemasaranSistem pendukung keputusan pemasaran (marketing decision support systems, MDDS) merupakan sistem terkomputerisasi yang mengintegrasikan data dari MIS dan sumber-sumber lainnya dengan analisis analisis dan teknik pembuatan model yang memungkinkan para pemasar melihat secara cepat hasil manipulasi data dalam bermacam-macam cara. Sistem pendukung keputusan membantu dalam proses pengambilan keputusan yang menggunakan informasi yang ditangkap atau dikumpulkan oleh sistem informasi pemasaran (MIS). Sistem dukungan keputusan pemasaran memadukan data yang sulit dacari, diasimilasikan, diformat, atau dimanipulasi secara cepat dengan perangkat keras ke dalam suatu proses pengambilan keputusan pada saat dibutuhkan. MDDS memungkinkan fleksibilitas pengguna dalam aplikasi dan format. Para pemasar dapat mengakses MDDS melalui terminal komputer pribadi untuk menelaah trend, mengha-dapi dan memecahkan masalah-masalah hipotesis, dan mengumpulkan data tambahan apapun yang mereka butuhkan untuk mendukung keputusan pemasaran mereka.

Keunggulan yang dimiliki antara lain:
1. Para pemakai memiliki fleksibilitas untuk mengkombinasikan sejumlah besar data yang diambil dari berbagai macam sumber;
2. Para pemakai mampu mengevaluasi banyak situasi dalam waktu singkat dengan menggunakan spektrum metode yang luas.
3. Para pemakai dapat menerima jawaban segera atas pertanyaan-pertanyaan karena data dan metode analisis sudah terkomputerisasi dan dapat dengan cepat tersedia.

Sedangkan sisi negatifnya yaitu perakitan suatu sistem data lengkap dan alat-alat analisis seperti itu dapat sangat mahal dan rumit, hanya 20 persen dari perusahaan-perusahaan Amerika yang menggunakan MDSS. Walaupun demikian, jumlah ini tentunya akan bertambah karena kian banyak organisasi yang mengakui manfaat-manfaat penggunaan sebuah MDSS dan bersedia menginvestasikan waktu dan uang untuk menerapkan sistem seperti itu.

Sumber:
Philip Kotler, Marketing Management,Prentice Hall, Inc.,New Jersey, 2002.
mrpendi dan berbagai sumber lain

contoh Marketing Research
MARS (marketing & research)
http://www.mars-e.com/index2.php
Marketing power
http://www.marketingpower.com/Pages/default.aspx
Marketing Research Indonesia
http://www.mri-research-ind.com/

Wednesday, May 11, 2011

INTERNAL CONTROL DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Pengendalian intern (internal Control) didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian intern berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud .

Adanya sistem akuntansi yang memadai, dapat membantu akuntan internal untuk menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.

Elemen dalam Pengendalian InternCommittee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen  dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain.

2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.

3. Prosedur Pengendalian (Control Procedure)
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk standarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya fraud dan kesalahan.

4. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan dapat menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian, pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).
Informasi dan komunikasi merupakan elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan, informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Informasi ini juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.

Sistem Pengendalian Intern dibagi 2 yaitu:
1. Pengendalian Akuntansi
Tujuan utama dari pengendalian akuntansi adalah, menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan dan memeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi.
2. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif memiliki tujuan utama, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan

Sumber
Accounting Information Systems, Ulric J. Gelinas, Richard B. Dull, 7th edition.
COSO - internal control framework

AKUNTANSI SEBAGAI LANDASAN BAGI INFORMASI BISNIS

Tinjauan Mengenai Akuntansi
Akuntansi yang juga disebut sebagai bahasa bisnis (language business),  menyediakan cara untuk menyajikan dan meringkas kejadian-kejadian bisnis dalam bentuk informasi keuangan kepada pemakainya. Informasi akuntansi merupakan bagian terpenting yang melandasi bagi seluruh informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen, informasi akuntansi yang dihasilkan oleh suatu sistem dibedakan menjadi dua, yaitu:
-informasi akuntansi keuangan
-informasi akuntansi manajemen.
Pemakai informasi akuntansi pun terdiri dari dua kelompok, yaitu:
-pemakai eksternal, mencakup pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, pelanggan, pemasok, pesaing,serikat kerja dan masyarakat.
-pemakai internal,  adalah pihak manajemen dari berbagai tingkatan dalam organisasi bersangkutan.

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) 
Dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang merubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya. Adapun tujuan Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut:
1.Mendukung operasi-operasi sehari-hari
2.Mendukung pengambilan keputusan manajemen
3.Memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan pertanggung jawaban
Siklus Akuntansi
SIA memiliki beberapa sistem-sistem bagian (sub-system) yang berupa siklus-siklus akuntansi. Siklus akuntansi menunjukkan prosedur akuntansi mulai dari sumber data sampai ke proses pencatatan/pengolahan akuntansinya. Siklus akuntansi dibagi menjadi:
1.Siklus pendapatan, merupakan prosedur pendapatan dimulai dari bagian penjualan otorisasi kredit, pengambilan barang, penerimaan barang, penagihan sampai dengan penerimaan kas.
2.Siklus pengeluaran kas, merupakan prosedur pengeluaran kas mulai dari proses pembelian sampai ke proses pembayaran.
3.Siklus konversi, merupakan siklus produksi mulai dari bahan mentah sampai ke barang jadi.
4.Siklus manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), melibatkan prosedur penggajian.
5.Siklus buku besar dan laporan keuangan, berupa prosedur pencatatan dan perekaman ke jurnal dan buku besar dan pencetakan laporan-laporan keuangan yang datanya diambil dari buku besar.

Contoh software Akuntansi
Ada beberapa software sistem informasi akuntansi yang sudah dikembangkan antara lain: MYOB, Dac Easy Accounting, Accurate, Value+.

Sumber: Accounting Information Systems, Ulric J. Gelinas, Richard B. Dull, 7th edition.

Tentang Akuntansi

SEJARAH  AKUNTANSI
Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (biarawan) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice.

AKUNTANSI  DAN ORGANISASI
Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Perusahaan sebagai suatu organisasi pencari laba memiliki keharusan untuk berhubungan dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan perusahaan tersebut. Hubungan tersebut harus dilanjutkan dalam bentuk komunikasi bisnis sesuai dengan kebutuhan setiap pihak tersebut. Untuk berkomunikasi dengan semua pihak itulah dibutuhkan suatu bahasa bisnis (language of business) yang dapat dan mudah dimengerti oleh semua pihak yang terkait. Dan bahasa bisnis tersebut disebut akuntansi, akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis laporan, yaitu: 
 
1. Neraca, adalah suatu daftar sistematis yang memuat informasi mengenai aktiva, utang dan modal suatu perusahaan pada akhir periode tertentu. Disebut sebagai daftar yang sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam neraca dapat diketahui berapa jumlah kekayaan perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban serta kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang perusahaan kepada kreditur dan jumlah investasi pemilik yang ada di dalam perusahaan tersebut.
2. Laporan laba rugi, adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk periode tertentu, sehingga dapat diketahu laba yang diperoleh dan rugi yang dialami.
3. Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu.
4. Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan kas dimasa mendatang.

BEDA AKUNTANSI DAN PEMBUKUAN
Pembukuan adalah aktivitas pencatatan data usaha suatu perusahaan dengan suatu cara tertentu. Sedangkan akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan

PENGELOMPOKAN  AKUNTANSI 
1. Akuntansi Keuangan,  adalah sistem akuntansi yang pemakai informasinya adalah pihak ekternal organisasi perusahaan. seperti kreditor, pemerintah, pemegang saham, investor, dsb.
2. Akuntansi Manajemen   adalah sistem akuntansi yang pemakai informasinya adalah pihak internal organisasi perusahaan. seperti manajer produksi, manajer keuangan, manajer pemasaran, dsb. Akuntansi manajemen berguna sebagai alat bantu pengambilan keputusan manajemen.
3. Akuntansi Sistem adalah pihak yang menganalisis sistem dengan mempelajari masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan pemakai  sistem infromasi akuntasi bagi pihak eksternal maupun internal organisasi

BEBERAPA PROFESI AKUNTANSI
1. Akuntansi Perusahaan, adalah akuntan yang bekerja untuk internal suatu perusahaan dan bertugas menyiapkan informasi keuangan perusahaan dimana mereka bekerja.
2. Akuntan Publik,  adalah akuntan yang memiliki posisi independen dan bekerja untuk berbagai pihak yang membutuhkan jasa mereka dalam memeriksa dan menilai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan.
3. Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja untuk kepentingan pemerintah dan berfungsi mengamankan berbagai kepentingan pemerintah.
4. Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang mengabdikan dirinya di dalam suatu institusi tertentu yang bertugas mempersiapkan, membimbing untuk menjadi akuntan profesional.
 
 
berbagai sumber

Wednesday, May 4, 2011

Melayani Dengan Hati

Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh mereka yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para manajer yang mengaku mendapatkan amanah justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika di lantik tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang melayani dengan hati, yaitu:Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan perusahaan dan kepentingan mereka yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan perusahaan dan kepentingan mereka yang dipimpinnya amat jarang kita temui.

Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau perusahaan mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau perusahaan tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Perhatian itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Ciri lainnya dari seorang pemimpin yang memiliki hati dan melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada perusahaan atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya di atas kepentingan perusahaan atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Prinsip yang di terapkan adalah Pelayanan Sepenuh Hati dengan berusaha menerapkan nilai pelanggan Yaitu :

1. CHARITY
Definisi : murah hati, sesuai status sebagai Public Service
Implementasi : dalam hati mencintai pekerjaannya
Wajah Layanan : ketulusan dan keikhlasan dalam melayani

2. COMPETENCE
Definisi : menguasai pekerjaan (tidak hanya di bidang medis tetapi juga networking/relationship)
Implementasi : kemauan untuk patuh terhadap standart / aturan
Wajah Layanan : profesionalisme

3. CARE
Definisi : perduli dan penuh perhatian
Implementasi :siap siaga memenuhi kebutuhan pelanggan
Wajah Layanan : empati

4. COMITMMENT
Definisi : Tekad realisasi janji pada diri dan pelanggan/ (rekanan), sesuai target
Implementasi : layak dipercaya, jujur
Wajah Layanan : pekerjaan yang tuntas, tanggung jawab yang tinggi

5. CONSISTENT
Definisi : tekat sepanjang waktu
Implementasi : motivasi yang tak pernah pudar untuk mencapai cita-cita
Wajah Layanan : menjaga motivasi dengan semangat untuk memberi, daya juang yang tinggi (tidak mudah putus asa)

6. CONTINUOUS

Definisi : proses yang berlangsung terus menerus
Implementasi : harus ada waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas
Wajah layanan : Positive Relationship

Berbagai sumber

Tips membawakan presentasi bisnis

1. Kuasai materi
Menguasai materi artinya anda dapat memilih materi yang Anda harus tekankan dan materi yang dapat dihilangkan agar membuat presentasi menjadi lebih efektif. Penguasaan materi ini membuat kita menjadi lebih nyaman pada saat presentasi dan membuat presentasi berjalan dengan baik.

2. Jiwai materi yang anda bawakan
Membawakan presentasi bisnis tidaklah sama seperti membacakan puisi, Anda tidak perlu anda menghafal materi yang anda bawakan, setiap presentasi membutuhkan 2 hal yakni harus hidup dan memiliki energi. Hal ini akan anda peroleh jika anda menjiwai materi yang Anda bawakan.

3. Lakukan simulasi presentasi anda
Sebelum berpresentasi, ada baiknya anda melakukan simulasi presentasinya terlebih dahulu. Jika memungkinkan undang rekan anda pada saat simulasi dan mintalah pendapat mereka dengan jujur, tentang performa Anda pada saat presentasi. Tidak ada salahnya jika anda terus mengulang agar memperoleh kesempurnaan.

4. Kuasai ruangan presentasi anda
Usahakan datang sebelum presentasi. Berjalanlah diseluruh ruangan agar anda dapat menentukan view yang paling tepat buat anda ketika berpresentasi.

5. Kuasai peralatan anda saat presentasi
Pastikan sound system berjalan dengan sempurna, juga pastikan LCD anda dapat menampilkan presentasi anda dengan sempurna, tidak ada salahnya anda juga mengecek saklar lampu untuk memastikan seluruh bahan presentasi anda dapat terlihat dengan sempurna.

6. Simpan bahan presentasi anda dalam media penyimpanan
(flashdisk, CD, HDD dll.)
Walau terlihat sepele, pastikan anda menyimpan semua file didalam diskdrive, menyimpannya dalam floopy, flash disc ataupun CD kadang membuat running presentasi anda menjadi lebih lambat.

7. Gunakan remote control
Jangan kaku berdiri di stage dan jangan selalu berada disamping laptop dan LCD yang anda gunakan. Anda harus berada pada posisi dimana semua audiens dapat melihat anda dengan jelas, makanya tidak ada salahnya anda menggunakan remote control. Tapi bukan berarti jika anda menggunakan remote anda bebas untuk berkeliling pada saat presentasi, hal tersebut hanya memecah konsentrasi audiens anda.

8. Hindari penggunaan laser pointer
Penggunaan laser pointer dapat memecah konsentrasi audiens anda, Apalagi pada saat anda mengalami kegugupan, penggunaan laser pointer malah jadi tidak efektif. Lebih baik anda menggunakan handout pada materi2 yang ingin anda tampilkan.

9. Jangan berbicara pada slide yang anda buat
Banyak presenter yang lebih melihat pada slide yang nyata-nyata telah mereka ketahui isinya daripada melihat audiens. Sebaiknya anda fokuskan mata dan perhatian anda kepada audiens, perbanyak kontak mata akan membuat presentasi anda menjadi lebih menarik.

berbagai sumber

Masalah Komunikasi dan Solusinya.

Komunikasi yang tidak efisien disebabkan oleh macam-macam masalah manusiawi dan hal teknikal. Masalah-masalah itu antara lain adalah :
 
a. Terjadinya pemahaman yang tidak lengkap
Banyak pesan berkualitas, berebut untuk mempengaruhi komunikate. Maka bisa dimengeti kalau komunikate telah mudah paham secara lengkap bahkan pada message yang diperhatikannya.
Solusinya :
a.1. Tentukan dulu tujuan apa yang dicapai untuk disampaikan  pesan-pesannya lalu analisis situasi (= lingkungan sosial, linkungan phisik, peranan paralinguistik, sarana yang bisa dipakai sebagai medium, kontex organisasi, dsb) agar bisa ditetapkan bagaimana komunikasi bisa tepat diberlangsungkan.
a.2. Pakailah bahasa yang sederhana supaya mudah dimengerti
a.3. Diulang-ulang supaya ingat dan kiranya paham
a.4. Yakinkan ada umpan balik untuk mengecek apakah pesan sudah sampai lewat koreksi dan atau pelurusan.

b. Over Loading.
Komunikate tak jarang harus menafsir banyak kode sehingga merasa berlebihan.
Solusinya :
Jika berlaku sebagai komunikate, buatlah filtering dan urutlah kode-kode (“queuing”). Tetapi jika berlaku sebagai komunikator, sampaikan kode-kode secara teratur satu persatu agar komunikate paham satu per satu.

c. Downward/ Upward yang tidak “tercecer”
Komunikasi atas bawah yang berkangsung lewat mediator (katakanlah middle manager atau supervisor) tidak jarang terfilter atau bahkan disalah artikan atau dikurangi sehingga sampai pada komunikate tidak utuh.
Solusinya :
Lakukan penge-cek-an apa benar itu messagenya    


Sumber: Jangkung K
                   

Komunikasi Efektif

 Semua sudut manusia, dalam perjumpaan dengan manusia lain kapanpun, dimanapun adalah membutuhkan komunikasi. Sampai–sampai dikatakan banyak masalah dalam kehidupan adalah akibat dari kegagalan berkomunikasi. Banyak orang mengatakan, jika sudah berbahasa sama dengan telah berkomunikasi, itu keliru. Berkomunikasi sampai batas tertentu membutuhkan bahasa, tetapi selama proses berbahasa itu tidak menghasilkan persamaan pengertian, atau lebih-lebih menggerakan untuk berbuat/bersikap tertentu, maka jadilah itu hanya berbahasa belaka. Komunikasi intinya adalah transmisi pesan/messages. Bahasa (=kata-kata, simbol matematik, diagram, gerak-gerik, dan semacamnya) adalah hanyalah kode yang dibentuk oleh komunikator untuk menyampaikan message. Dan message dikodekan (“Encoded”), maka mesagge is between the lines. Penerima kode (=komunikate) lalu harus mengurai kode itu (=decoding) menjadi message yang dimaksud.

Ada setidaknya objective/tujuan komunikasi, sebagai berikut :a. Menginformasikan sesuatu.
b. Mempengaruhi sikap.
c. Memberikan support psikologis.
d. Mempengaruhi perilaku (misal agar taat, memberi informasi).
e. Kombinasi dari keempatnya.

Agar tujuan komunikasi dapat tercapai ada 3 hal yang seharusnya dipenuhi:a. Attention (kalau komunikate acuh tak acuh bagaimana mungkin komunikasi berlangsung).
b. Comprehension (setelah tertarik komunikate seharusnya mengerti/paham)
c. Acceptance (komunikate menyetujui, percaya kebenaran yang terkandung di dalam message)

Untuk mencapai 3 hal diatas ada 3 karakter yang seharusnya diimiliki komonikator:
a. Dia harus jujur.
b. Dia harus rasa hormat
c. Dia harus menerangkan dengan jelas/tepat
d. Dikemukakan padat tidak panjang.

Komunikasi bisa satu-jalan atau dua-jalan
Terkadang tidak diperlukan feed back (umpan balik), ketika jelas-jelas nyata komunikate sudah paham (acceptance), maka disini diberlangsungkan cukup komunikasi satu-jalan. Namun jika konsekuensi pesan dianggap tidak/kurang terjadi, barulah dibuka komunikasi dua-jalan agar ada feed back. Persepsi Komunikate tidak jarang merespons atas dasar perhatiannya (attention) yang mengarah hanya pada porsi tertentu dari kode, bukan pada total kode. Porsi itu saja yang dipahami. Inilah persepsi. Persepsi yang melencengkan pemahaman total yang perlu diluruskan.

Ada beberapa penyebab persepsi :
1. Determinasi Perhatian.
Sebenarnya ada banyak yang harus diperhatikan oleh komunikate. Maka jangan-jangan pesan komunikator tidak begitu menjadi perhatian komunikate karena setidaknya ada 4 hal yaitu :
a. Kebutuhan.
b. Ekspektasi.
c. Nilai-nilai.
d. Keyakinan/belief
2. Bahasa dan Pemahaman.
Persepsi bisa terjadi karena pembahasan yang tidak sama. Atau pembahasan yang sama-sama diketahui tetapi dipahami secara lain
3. Distorsi dan Penolakan.
Pesan sendiri mungkin ambigu (kabur), maka bisa ditafsir secara lain (distorsi). Atau pemahaman terjadi tetapi tidak disetujui (ditolak)
4. Menilai Komunikator.
Pesan dipahami secara lain karena komunikate belum-belum sudah menilai (positive atau negative) diri komunikator sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikate dipahami dengan dasar penilaian itu.

Komunikasi Verbal dan Non Verbal.
Komunikasi biasanya berlangsung dengan kata-kata, maka pemilihan kata-kata, nada suara, artikulasi, waktu/time, jumlah kata-kata menentukan ada–tidaknya attention, comprehension, dan acceptance. Tetapi boleh jadi ungkapan non-verbal bisa juga memperkuat atau memeperlemah  proses komunikasi (mencium, salam, kedipan mata, gerak tubuh, dll)

Overt dan Latent Meaning.
Komunikator terkadang tidak bisa menyampaikan dengn kode yang jelas (mungkin karena malu atau karena norma tertentu) sehingga apa yang dibahasakan (=overt) tidak sesuai dengan pesan yang dimaksud (=latent). Dalam keadaan ini, komunikate akan bisa salah menafsir. Misal, komunikator dengan rasa hormat terpaksa senyum tapi sebenarnya dia tidak suka.

Status Komunikasi.
Letak status bisa mempengaruhi perilaku berkomunikasi. Jika berada pada status yang lebih tinggi bisa jadi komunikator menguasi pembicaraan tanpa merasa perlu mendapat feed back, memaksakan pikirannya, memotong pembicaraan. Sedang komunikator dengan status lebih rendah bisa cenderung memberi kesan diri positif kepada mereka yang statusnya lebih tinggi (dengan senyum, hanya bisa bilang ya…ya…, menghindari rasa tidak setuju). Bisa terjadi juga, orang dengan status lebih rendah lebih bangga/lebih puas/lebih bernilai kalau bisa berkomunikasi dengan orang dengan status lebih tinggi. Sedangkan orang dengan status lebih tinggi lebih suka hanya berkomunikasi dengan orang yang berstatus sama tingginya.

Komunikasi Organisasional.
Ini komunikasi formal antara atasan-bawahan yang berlangsung dengan aturan-aturan hirarkikal. Secara fungsional ada 3 macam: downward, upward dan lateral, yang terkait satu terhadap yang lain sebagai network/jejaring
a. Downward: dari atas ke tengah dan mungkin harus terus ke bawah. Berupa arahan/direksi, instruksi, inspirasi, evaluasi, informasi (tentang tujuan, kebijakan, aturan, insentif, tunjangan, privelesi), umpan balik atas  terhadap kinerja bawahan. Medianya bisa meeting, telpon, bulletin, orientasi, pelatihan, dan apapun media lain. Jika diteruskan kebawah lagi, ada masalah untuk menyaring sampai bisa terjadi pesan dari puncak jadi lain setelah tiba pada paling bawah
b. Upward: dari bawah ke atasnya berjalan melalui ratai komando. Dalam hal ini atasan tengah mencari informasi tentang kegiatan, keputusan, dan kinerja bawahannya. Atasan minta atau perlu diberi laporan tersebut yang berupa kualitas dan kuantitas kinerja yang telah dicapai, usulan, rekomendasi, proposal budget, opini, keluhan, permintaan petunjuk, permintaan bantuan. Ada bahaya, bawahannya lapor apa-apa yang menyenangkan, lapor apa-apa yang tidak mengancam dirinya. Ada bahaya lagi, pesan dari paling bawah difilter oleh atasannya menjadi lain pesannya setelah tiba di puncak.
c. Lateral:  Dilakukan antar status yang sama atau dengan apapun status tetapi tanpa ada hubungan wewenang (=authority), agar terjadi kerjasama dalam koordinasi dan pemecahan masalah (problem solving). Biasanya komunikasi cara ini lebih cepat dan langsung.
Disamping 3 macam itu, masih ada 1 macam lagi yaitu : komunikasi informal manakala bawahan pun bisa berteman dengan atasan sebagai antar-pribadi. Sampai batas tertentu informalitas ini justru bisa dengan lebih mudah digunakan untuk penyelesaian tugas-tugas formal. Memang informalitas ini bisa  menjadi sumber timbulnya gossip atau rumor (kasak-kusuk) baik positif maupun negatif.
Efektivitas Jejaring tersebut. Jejaring itu efektif jika memenuhi tiga kriteria antara lain :
a. Efisiensi (network efficiency), yaitu memasok informasi yang akurat dan relevan.
b. Ekonomis (network economy), yaitu berlangsung dengan biaya minimal
c. Memuaskan komunikasinya bagi semakin banyak anggota organisasi.
Tiga kriteria ini tidak selalu kompatibel, artinya saat bisa efisiensi tetapi belum tentu ekonomis dan memuasakan, begitu sebaliknya.

Sumber: Jangkung K

Tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

PHK pada hakekatnya merupakan suatu pemutusan terhadap perjanjian kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak atau oleh karena pelaksanaan suatu ketentuan hukum.  Pada dasarnya perusahaan harus menghindari terjadinya PHK, apabila hal ini tidak dapat dihindari maka pelaksanaannya harus berpedoman kepada Undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku. Menurut FX. Djumialdji bahwa, “Pemutusan Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan buruh karena adanya perjanjian kerja ini telah berakhir”. Sedangkan Iman Soepomo memberikan batasan mengenai PHK yaitu,”Putusnya hubungan kerja berarti bagi buruh permulaan dari segala pengakhiran, permulaan dari berakhirnya mempunyai pekerjaan, permulaan dari berakhirnya kemampuannya membiayai keperluan hidup sehari-hari baginya dan keluarganya, permulaan dari berakhirnya kemampuannya menyekolahkan anak dan sebagainya”. Dari uraian diatas nampak bahwa PHK sebenarnya memiliki dampak yang sangat besar terutama bagi para buruh.

Jenis-jenis Pemutusan hubungan kerja
1.Pemutusan Hubungan Kerja demi hukum
PHK demi hukum berarti hubungan kerja antara pengusaha dengan buruh berakhir dengan sendirinya dimana kedua belah pihak hanya bersifat pasif saja. Hal ini dapat terjadi  pada:
- Perjanjian kerja waktu tertentu
- Buruh meninggal dunia

2.Pemutusan hubungan kerja oleh buruh
Dalam hal PHK oleh buruh, disini  buruh meminta supaya diputuskan hubungan kerjanya. Hal ini dapat terjadi pada:
a. Dalam masa percobaan buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu dengan pernyataan pengakhiran (pasal 1603L KUHPer). Masa percobaan tidak boleh lebih dari tiga bulan dan adanya masa percobaan ini harus di beritahukan terlebih dahulu kepada calon buruh (pasal 4 Undang-undang no.12 tahun 1964). Dengan demikian tanpa pemberitahuan adanya masa percobaan berarti dianggap tidak ada masa percobaan.
b. Dengan meninggalnya majikan, buruh berhak untuk memutus hubungan kerja untuk waktu tertentu dengan ahli waris majikan dengan adanya pernyataan pengakhiran dan mengingat tenggang pengakhiran (pasal 1603k KUHPer).
c. Pada perjanjian kerja waktu tidak tertentu , yaitu perjanjian kerja yang waktunya tidak bisa ditentukan menurut perjanjian, peraturan perusahaan maupun perundang-undangan ataupun kebiasaan (pasal 1603q KUHPer) maka buruh berhak memutuskan hubungan kerjanya sewaktu-waktu dengan pernyataan pengakhiran dan mengingat tenggang pengakhiran.
d. Buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu tanpa pernyataan pengakhiran atau tanpa memperhatikan tenggang pernyataan pengakhiran dan tanpa persetujuan majikan. Adapun pemutusan hubungan kerja yang dimikian ini bersifat melawan hukum kecuali apabila membayar ganti kerugian atau adanya alasan mendesak dari buruh.

3.Pemutusan Hubungan Kerja oleh Majikan/Pengusaha
PHK oleh majikan/pengusaha sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Pemutusan hubungan kerja oleh majikan/pengusaha merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, hal ini dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan karena sikap mental dari para buruh.
Pihak majikan/pengusaha dapat memutus hubungan kerjanya, apabila buruh melanggar hukum atau merugikan perusahaan diantaranya adalah:
a. PHK karena kesalahan berat seperti yang diatur dalam Undang-undang ketenagakerjaan
b. PHKdapat diberikan dalam hal buruh melakukan kesalahan ringan sebagai berikut:
-  Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut buruh tetap menolak untuk mentaati perintah atau penugasan yang layak sebagaimana tercantum dalam perjanjian kerja, perjanjian perburuhan atau peraturan perusahaan.
-   Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan demikian sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
-   Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba pada bidang tugas yang ada.
-   Melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian perburuhan, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja.
Dalam hal tersebut diatas pengusaha dapat memberikan peringatan pertama dan terakhir kepada buruh. Setelah peringatan terakhir buruh masih tetap tidak menunjukkan perbaikan ataupun melakukan pelanggaran lagi, maka pengusaha dapat mengajukan ijin Pemutusan hubungan kerja. Pengusaha juga mempunyai kewajiban untuk memberikan uang pesangon.

4.Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
Masing-masing pihak baik pengusaha maupun buruh berhak meminta kepada pengadilan negeri agar hubungan kerja yang terjadi karena adanya perjanjian kerja diputuskan. Menurut pasal 1603v KUHPer menyebutkan bahwa,”Tiap pihak setiap waktu, juga sebelum pekerjaan dimulai, berwenang berdasarkan alasan penting mengajukan permintaan tertulis kepada pengadilan di tempat kediamannya yang sebenarnya untuk menyatakan perjanjian kerja putus”.
Pengadilan dalam meluluskan permohonan PHK setelah memanggil dan mendengar secara sah pihak lainnya. Jika pengadilan meluluskan permohonan PHK maka pengadilan dapat menetapkan saat hubungan kerja tersebut berakhir.

sumber:
Djumialdji, F.X., Perjanjian Kerja, Cetakan ke-III, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan undang-undang dan peraturan-peraturan, Cetakan ke-XVI, Djambatan, Jakarta, 1996.
Subekti, R., Kitab Undang-undang  Hukum Perdata, Cetakan ke-XXV, Pradya Paramita, Jakarta, 1992.

Shift Kerja dan dampaknya

Shift kerja menurut Riggio (1996),”Work shift are any sort of scheduling in which groups of employees alternate working time to keep the work place in extended or continuous operation”.  Yang berarti bahwa shift kerja adalah bentuk penjadwalan kerja dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi atau operasi yang terus-menerus. Alasan penting mengapa shift kerja sering dipakai sampai saat ini karena:

a. Orientasi produksi badan usaha yang harus terus-menerus beroperasi (24jam) untuk memenuhi permintaan barang atau jasa dari produk. Ini mengharuskan badan usaha menggunakan 2 atau bahkan 3 shift untuk menutup permintaan tersebut.

b. Alasan biaya, mahalnya biaya set-up mesin-mesin pabrik jika sampai proses produksi terhenti, hal ini banyak terjadi pada mesin-mesin industri berat yang bila mesin sampai dimatikan maka membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kinerja seperti semula.
 
c. Bagi pada pekerja sendiri lebih fleksibel dalam mengatur kepentingan dan kebutuhan mereka dengan waktu kerja.

Dampak Shift kerja
Tubuh manusia mempunyai daya tahan yang terbatas, kondisi tersebut menyebabkan beragam dampak dari shift kerja karena unsur-unsur yang manusiawi yaitu physiological variable seperti halnya, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh juga non-physiological variable seperti kinerja individu, tingkat kewaspadaan dan lain sebagainya akan lebih baik pada siang hari dan rendah di malam hari. Siklus ini akan berulang setiap 24 jam dan disebut juga dengan “Carcadian Cycle”  Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Glueck (1978)”Second and third shift work generally affects employees adversely, it interferences with time-oriented bodily functions, such as digestion, sleeping, and elimination”.  Dampak dari shift kerja menurut Dipboye (1995) adalah sebagai berikut:
a. Job performance, perubahan jadwal shift secara terus-menerus menyebabkan pekerja harus terus menyesuaikan dengan perubahan yang ada, seperti waktu istirahat dan waktu kerja. Sehingga dapat terjadi perbedaan kinerja antar shift di badan usaha.
b. Job-Related Attitude, pekerja yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi yang negatif.
c. Personal Health, shift kerja dapat mengganggu kesehatan secara fisik maupun mental.
d. Social and Domestic Factor, pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan kesulitan dalam bersosialisasi, komunikasi dan aktivitas religius dengan lingkungannya karena jadwal kerja.

Jenis Shift Kerja
Shift kerja dapat diatur menurut kebutuhan dan kondisi dari badan usaha, Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi 6 bentuk, yaitu:
a. Fixed Shift, setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah.
b. Rotating Shift, karyawan secara bergiliran bekerja pada shift kerja yang telah diatur.
c. Oscilatting Shift, satu kelompok dari karyawan mempunyai shift tetap dan sisa dari kelompok dirotasi.
d. Primary Shift, setiap karyawan punya shift tetap tetapi dapat berpindah ke shift yang lain untuk sementara waktu.
e. Staggered Shift, shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan.
f. Mixed Shift, gabungan dari dua atau lebih bentuk shift diatas untuk pekerja dalam satu bagian atau departemen yang sama.   

Sumber:
Riggio, Ronald E., Introduction to Industrial / Organizational Psychology, Second Edition , Harper Collins College Publisher, 1996.
Glueck, William, F., Personnel a Diagnostic Approach, McGraw-Hill International Edition, New York, 1978.
Coleman, Richard M., The 24 Hour Business: Maximizing Productivity Through Round-The-Clock Operations, Amacom division of American Management Association, Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, New York, 1995
Dipboye, L., Robert., and Carlla S.M., Understanding An Industrial and Integrated Organizational Approach Psychology, Hourcourt Brace International Edition, Forth Worth, 1994.

Mengukur Kepuasan Kerja dengan Job Descriptive Index (JDI)

Cara  pengukuran kepuasan kerja sangat banyak dan bervariasi, baik dari segi analisis statistik maupun proses pengumpulan datanya. Pada tulisan ini mencoba membahas pengukuran kepuasan kerja diukur berdasarkan Job Descriptive Index (JDI), yaitu pengukuran standar terhadap kepuasan kerja seperti yang terkutip pada Riggio (1992), ” The job Descriptive Index is a self-report job satisfaction rating scale measuring five job facet: the job itself,  supervision,  pay,  promotion and co-workers”.  Pernyataan di atas menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pekerjaan yang menggambarkan elemen-elemen utama dari pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu: pekerjaan itu sendiri, supervisi, pemberian upah, promosi dan mitra kerja. Secara lebih terperinci kelima dimensi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
 
a. Pekerjaan itu sendiri (job itself)
Dari studi-studi tentang karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa sifat dari pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja. Hackman and Lawyer tahun 1975 seperti yang di terjemahkan oleh Muh Shobarudin (1992), yaitu “Kepuasan kerja akan tercapai jika ada kesesuaian antara keinginan dari para pekerja dan dimensi inti pekerjaan (five core job dimensions) yang terdiri dari ragam ketrampilan, identitas pekerjaan, keberartian pekerjaan, otonomi dan umpan balik.”  Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun kaitan dari masing-masing dimensi tersebut dengan kepuasan kerja dijelaskan bahwa dengan semakin besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa pekerjaannya makin berarti, karena pekerjaan yang sama sederhana dan berulang menyebabkan karyawan menjadi bosan.

b. Supervisi (supervision)
Menurut Halsey (1983) Supervisi adalah “memilih orang-orang yang tepat untuk tiap-tiap pekerjaan, menimbulkan minat tiap-tiap orang terhadap pekerjaan dan mengajarkan bagaimana harus melakukan pekerjaannya, mengukur dan menilai hasil kerjanya, mengadakan koreksi-koreksi bilamana perlu dan memindahkan orang kepada pekerjaannya yang lebih sesuai atau memberhentikan mereka yang ternyata tidak dapat bekerja dengan baik, memberi pujian dan penghargaan atas kerja yang baik dan akhirnya menyelaraskan setiap orang kedalam suatu kerja sama yang erat dengan teman-teman kerjanya” Dari pendapat Hasley, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu usaha untuk memimpin dengan mengarahkan orang lain sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik, serta memberikan hasil yang maksimum.

c. Imbalan (pay)
Merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi, dan kepuasan kerja. Adapun pengertian imbalan menurut Hadi Poerwoto seperti yang ditulis oleh Heijrachman (1990) adalah, “jumlah keseluruhan pengganti jasa yang telah dilakukan oleh tenaga kerja yang meliputi gaji / upah pokok dan tunjangan sosial lainnya”. Pada beberapa studi yang telah dilakukan diketahui bahwa imbalan merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran ada tidaknya kepuasan kerja, dimana penyebab utamanya adalah ketidakadilan dalam pemberian imbalan tersebut. Ada 2 macam imbalan yaitu:
1.    Imbalan intrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya pengakuan dan penghargaan.
2.    Imbalan ekstrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya promosi, upah dan gaji.

d. Kesempatan promosi (promotion)
Kesempatan untuk maju didalam organisasi disebut dengan promosi atau kenaikan jabatan. Menurut Flippo (1984), ”a career can be defined a sequence of separate but related work activities that provides continuity, order and meaning in person’s life”  Hal ini memiliki nilai karena merupakan bukti pengakuan yang lain terhadap prestasi kerja yang dicapai. Seseorang yang dipromosikan umumnya dianggap prestasinya adalah baik, di samping pertimbangan lain. Promosi memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status sosial. Oleh karena itu individu yang merasakan adanya ketetapan promosi merupakan salah satu kepuasan dari pekerjaannya.

e. Suasana tempat kerja (co-workers)
Kartono (1985) mengatakan bahwa “perasaan puas oleh bawahan akan diperoleh apabila bawahan merasa dihargai oleh atasannya, dilibatkan dalam pemecahan suatu masalah serta mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.” Hal ini berarti pekerjaan seringkali memberikan kepuasan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam arti persahabatan saja tetapi juga dari segi yang lain seperti kebutuhan untuk dihormati, berprestasi dan berafiliasi, karena manusia adalah mahluk sosial. Pada dasarnya seorang karyawan menginginkan adanya perhatian dari atasan maupun dari rekan kerjanya serta lingkungan kerja yang mendukungnya.

sumber:
Riggio, Ronald E., Introduction to Industrial / Organizational Psychology, Second Edition , Harper Collins College Publisher, 1996.
Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Cetakan pertama, P.T. Bina Aksara, Jakarta 1988.
Heijdrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi empat, BPPFE, Yogyakarta, 1992.
Flippo, Edwin, B., Personnel Mnagement, Sixth Edition, McGraw-Hill International Edition, New York, 1984.
Kartono, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, C.V. Rajawali, Jakarta, 1985.

Tentang Kepuasan Kerja

Pada prinsipnya kehidupan manusia  menuntut adanya suatu keseimbangan dalam hidup. Demikian pula didalam dunia kerja, manusia melakukan kerja disamping untuk mendapatkan penghasilan dan untuk mendapatkan kepuasan kerja. Sampai saat ini belum ada kesamaan pandangan mengenai batasan dari kepuasan kerja, walaupun sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsip diantara pandangan tersebut. Menurut Blum dan Naylor (1956) mengemukakan: “job satisfaction is the result of various attitude the employee toward his job, toward related factors and toward life in general”, yang berarti bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap yang dimiliki seseorang karyawan. Dalam arti sempit sikap yang dimaksudkan tersebut adalah berhubungan dengan faktor-faktor spesifik seperti upah, pengawasan, kondisi kerja, kesempatan untuk maju, pengakuan terhadap kecakapan, penilaian kinerja yang jujur, hubungan dengan sosial didalam pekerjaan dan perlakuan yang baik dari atasan terhadap para karyawan.  Sedangkan menurut Moh. As’ad (1991) tentang pentingnya unsur manusia didalam pekerjaan adalah, “Betapapun sempurnanya rencana-rencana, organisasi dan pengawasan serta penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira, maka suatu badan usaha tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapainya.”  Dapat dikatakan bahwa apabila kepuasan kerja tinggi maka prestasi kerja juga akan tinggi demikian pula sebaliknya apabila kepuasan kerja rendah maka dapat menurunkan prestasi kerja. Batasan-batasan  dari pengertian tentang kepuasan kerja  sebenarnya adalah batasan yang sederhana, yang diharapkan dapat dibandingkan dengan kenyataan yang ada didunia kerja.

Dampak Kepuasan Kerja   
Kepuasan kerja dapat berdampak pada diri karyawan dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi produktivitas maupun kelangsungan badan usaha. Wexley and Yulk (1977) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kepuasan kerja terhadap tingkah laku karyawan adalah: performance, turnover, absenteism dan union activity. Adapun rincian penjelasannya adalah:
a.  Performance (kinerja)
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi kinerja dari sumber daya manusia. Secara teori dapat dikatakan bila kepuasan kerja tinggi maka kinerja para karyawan juga akan tinggi begitu pula sebaliknya.
b. Turnover
 Kepuasan kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan turnover, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya karyawan yang mengundurkan diri dari pekerjaan. Menurut Jackofsky dan Peters (Cormick; 1985) menyatakan bahwa “Kepuasan kerja makin kuat pada karyawan yang percaya bahwa mereka dapat menemukan alternatif pekerjaan”. Dengan kata lain tuntutan pekerjaan seseorang makin tinggi bila orang tersebut dapat dengan mudah menemukan pekerjaan lain.
c. Absenteism.
Sama seperti halnya turnover tetapi, dilihat dari sisi banyaknya jumlah ketidakhadiran pekerja. Peranan absensi tidak begitu besar jika dibandingkan dengan performance dan turnover, karena dengan banyaknya jumlah karyawan yang hadir belum tentu menpunyai kepuasan kerja yang tinggi.
d. Union Activity (serikat pekerja)
Kepuasan kerja juga berpengaruh pada serikat pekerja tetapi tidak begitu  besar peranannya, karena hanya akan mempengaruhi aktivitas didalam kelompok. Serikat pekerja hanya berlaku untuk karyawan yang bekerja secara tim.

Teori kepuasan kerja
Kepuasan kerja karyawan dapat dilihat melalui Two factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg pada tahun 1959 seperti yang di tuliskan kembali oleh Marc G. Singer (1990), mengemukakan  bahwa “Dalam kepuasan kerja sebenarnya ada dua kelompok situasi yang mempengaruhi seseorang pekerja didalam pekerjaannya. Dua kelompok situasi itu adalah satisfiers (motivators) dan dissatisfiers (hygiene).” Satisfiers (motivator) ialah faktor-faktor yang di sebutkan Herzberg sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari: Achievement, recognition, work itself, responsibility and advancement. Menurut Herzberg bahwa hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan.  Seperti terkutip dalam Wexley and Yulk (1977) dissatisfiers (hygiene factors)  adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari: Company policy and administration, supervision, salary, interpersonal relations, working condition, job security and status.  Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena hygiene faktor bukan sumber kepuasan kerja. Selain two factor theory di atas, masih ada berbagai teori tentang kepuasan kerja seperti equity theory dan discrepancy theory. Menurut Diboye (1995) “Regardless of which perspective you choose, however, if it is to be studied, job satisfaction must be measured”. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dari berbagai teori yang dipilih, jika akan digunakan sebagai penelitian maka harus dilakukan pengukuran kepuasan kerja.

sumber:
Blum, M.L. and Naylor, J.C., Industrial Psychology and Its social Fondation, Harper & Row Publisher, New York, 1968
Moh. As’ad., Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta, 1987.
Wexley, Kenneth N., and Gary A. Yulk, Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin, Illnois, Homewood, 1977.
Cormick, MC., and Ilgen E.J.D., Industrial and Organizational Psychology, Prentice Hall, 1985.
Marc G, Singer, Human Resources Management, PWS-KENT Publishing Prentice Hall International, Englewood Clift, New Jersey, 1991.
Dipboye, L., Robert., and Carlla S.M., Understanding An Industrial and Integrated Organizational Approach Psychology, Hourcourt Brace International Edition, Forth Worth, 1994.

Tuesday, May 3, 2011

Risk Assessment untuk Teknologi Informasi

Penilaian resiko (Risk Assesment) merupakan proses yang pertama di dalam metodologi manajemen resiko. Organisasi menggunakan penilaian resiko untuk menentukan tingkat ancaman yang potensial dan resiko yang berhubungan dengan suatu sistem IT seluruh SDLC-nya (System Development Life Cycle). Hasil dari proses ini membantu ke arah mengidentifikasi kendali yang sesuai untuk mengurangi atau menghapuskan resiko ketika proses risk mitigation. Metodologi Penilaian Resiko meliputi sembilan langkah-langkah utama:


1 System Characterization
Di dalam memperkirakan penilaian resiko untuk suatu sistem IT, langkah yang pertama adalah menggambarkan scope of the effort. Pada langkah ini, batasan-batasan dari IT mulai diidentifikasi, bersama dengan sumber daya dan informasi yang menjadi dasar sistemnya. Karakter suatu sistem IT dikenali, untuk menetapkan ruang lingkup usaha penilaian resiko, menggambarkan batasan-batasan otorisasi operasional, dan menyediakan informasi yang penting untuk menjelaskan resiko.

2 Threat Identification
Melakukan identifikasi terhadap ancaman-ancaman yang ada maupun akan ada. Identifikasi dilakukan pada sumber ancaman (threat-source) yang dapat dibagi atas 3 macam ancaman, yaitu:
- Natural Threats, seperti banjir, gempa bumi, tornado dan lainnya.
- Human Threats, seperti akses tidak terotorisasi pada informasi rahasia.
- Environmental Threats, seperti kegagalan suplai listrik pada waktu yang lama.
3 Vulnerability Identification
Melakukan identifikasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem yang dapat digunakan oleh orang luar melakukan ancaman. Identifikasi dilakukan dengan melihat asal dari kelemahan tersebut dengan melihat informasi mengenai identifikasi sistem informasi. Kelemahan-kelemahan dapat berupa isu keamanan pada aplikasi maupun sistem operasi yang digunakan dalam sistem informasi tersebut.
4 Control Analysis
Tujuan dari langkah ini adalah melakukan analisa terhadap kontrol-kontrol atau pengendalian-pengendalian yang telah dipasang ataupun yang direncanakan untuk dipasangkan pada sistem dengan tujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan ancaman-ancaman terhadap kelemahan sistem.
5 Likelihood Determination
Proses ini memberikan rating terhadap kemungkinan-kemungkinan yang nampak yang ditentukan oleh motivasi sumber ancaman dan kemampuannya, kelemahan-kelemahan dan kontrol atau pengendalian yang ada saat ini.
6 Impact Analysis
Pada langkah ini dilakukan analisa akibat yang mungkin dihasilkan oleh ancaman terhadap kelemahan sistem. Beberapa akibat-akibat yang terlihat dapat diukur secara kualitatif dengan hilangnya pendapatan, biaya perbaikan atau tingginya usaha yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki masalah tersebut.
7 Risk Determination
Tujuan dari langkah ini adalah untuk melakukan penilaian berjenjang kepada resiko-resiko yang ada dalam sistem informasi menjadi bentuk daftar prioritas. Dengan daftar ini, penanggulangan resiko dengan pengendalian-pengendalian dapat dilakukan sesuai dengan prioritasnya. Untuk mengukur resiko maka suatu skala resiko dan matrik resiko harus dikembangkan.
8 Control Recommendations
Pada langkah ini, kontrol-kontrol yang dapat mengurangi maupun menghilangkan resiko-resiko yang berhasil diidentifikasikan akan direkomendasikan. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai resiko terhadap sistem informasi ke level yang dapat diterima.
9. Results Documentation
Proses dokumentasi terhadap seluruh proses pengerjaan risk assessment yang berbentuk laporan-laporan yang berisikan hasil identifikasi, analisa dan rekomendasi.

sumber:
G. Stoneburner, A. Goguen and A. Feringa, “Risk Management Guide for Information Technology System”, Recommedation of National Institute of Standards and Technology Special Publication 800-30, July, 2002.

IT Risk Management vs IT Security

Apakah IT Risk Management (ITRM) bagian dari IT Security atau 
IT Security bagian dari ITRM?

Boleh jadi kebanyakan orang tidak ambil pusing dengan pertanyaan tersebut, buat apa mempermasalahkan hal ini?, apa manfaatnya?, dan orang yang mempermasalahkan ini akan dianggap mengada-ada saja. Tetapi sebetulnya jika diteliti lebih dalam lagi, sangat diperlukan adanya klarifikasi yang dapat membuat hal ini lebih jelas, karena kalau tidak jelas, ada kemungkinan apa yang dihasilkan akan menjadi tidak optimal.

Dalam rangka melakukan klarifikasi hal ini, dapat dimulai dengan menganalisa metoda yang digunakan dari berbagai sudut pandang. Sebagai contoh, di satu sisi, ada yang mengatakan bahwa salah satu implementasi mitigasi risiko dalam ITRM adalah dengan menerapkan IT Security & Control atau disingkat IT Security saja. Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa dalam rangka menerapkan IT security yang optimal dan efektif terlebih dahulu harus dilakukan IT risk assessment yang merupakan komponen dari IT risk management.

Orang ORM (Operational Risk Management) mengatakan bahwa unit kerja IT, yang merupakan bagian dari unit kerja yang memiliki potensi risiko operational, seperti halnya unit kerja HR, Humas dsb, harus memiliki proses risk management, sehingga dinamakan IT Risk Management, sama halnya seperti HR Risk Management dsb. Orang ORM juga mengatakan bahwa salah satu mitigasi dari ITRM adalah dengan menerapkan IT Security.

Orang IT yang mengatakan bahwa agar operasional IT dapat berjalan sesuai harapan, efektif dan aman maka perlu diimplementasikan IT Security yang memadai. Pada disiplin ilmu IT Security dikatakan bahwa agar implementasi IT Security dapat berjalan secara efektif, terlebih dahulu perlu dilakukan IT risk assessment.

Sehingga jika melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sudut pandang ORM, IT Security adalah bagian dari ITRM, sedangkan jika dilihat dari sudut pandang IT, ITRM adalah bagian dari IT Security dan ini dipertegas lagi dengan kenyataan yang berlaku luas (sesuai ISO 27000) yang menyatakan bahwa information security risk management adalah bagian dari information security.

Istilah information security muncul sebagai pengembangan dari IT security bahwa security terhadap information tidak hanya terbatas pada unit kerja IT saja tetapi harus menyeluruh pada unit kerja lainnya di suatu organisasi.

Di dalam information security terdapat proses information security risk management, sehingga pada information security nampaknya tidak ada pertentangan lagi, tetapi sudah jelas bahwa information security risk management adalah bagian dari information security. Nampaknya istilah information security risk management tidak dikenal di dalam ORM, di dalam ORM hanya dikenal ITRM

berbagai sumber

Membangun database pelanggan

Marketing pada era digital saat ini tidaklah lengkap jika tidak ditunjang dengan teknologi informasi. Tanpa database, khususnya database mengenai pelanggan ibarat komandan  yang maju perang tanpa dibekali dengan daftar nama prajurit maupun peta pertempuran. Adapun software database antara lain adalah: Ms. Access, MySQL, Oracle, SQL Server. Dan berikut adalah langkah-langkah untuk mendesain sebuah database:

1. Analisis Persyaratan: Langkah pertama dalam mendesain sebuah aplikasi database adalah memahami dan mengetahui data apa yang harus disimpan di dalam database, aplikasi apa yang harus dibangun diatasnya, dan jenis operasi apa yang lebih banyak digunakan, dan subjek untuk melakukan persyaratan yang ada. Dengan kata lain, kita harus tahu apa yang diinginkan pengguna database tersebut. Biasanya ini adalah sebuah proses informal yang melibatkan partisipasi kelompok pengguna, studi tentang lingkungan pegoprasian saat ini dan bagaimana perkiraan perubahan lingkungan tersebut, analisis dokumen yang ada dalam suatu aplikasi yang diharapkan akan diganti atau dilengkapi oleh database, dan seterusnya. Banyak metodologi yang diusulkan untuk menyusun dan menampilkan informasi yang dikumpulkan pada langkah tersebut. Beberapa alat otomatis pun telah dikembangkan untuk mendukung proses ini.
2. Desain Database Konseptual: Informasi dikumpulkan pada saat analisis persyaratan digunakan untuk mengembangkan deskripsi data tingkat tinggi yang harus disimpan dalam database, bersama dengan batasan yang telah diketahui untuk menetapkan penyimpanan data tersebut. Langkah ini sering dilakukan dengan menggunkan model ER. Model ER adalah salah satu dari model data tingkat tinggi, atau semantik, yang digunakan dalam desain database. Tujuannya adalah menciptakan gambaran sederhana tentang data yang mirip dengan pemikiran pengguna dan pengembang mengenai data tersebut (orang dan proses yang dinyatakan dalam data tersebut). Hal tersebut menfasilitasi diskusi di antara orang-orang yang terlibat dalam proses desain, bahkan mereka yang tidak mempunyai latar belakang teknis. Pada saat yang sama, desain awal harus akurat untuk membantu ketapatan translasi ke dalam sebuah model data yang didukung oleh sistem database komersial (yang dalam prakteknya berarti model relasional).
3. Desain Database Logika: Harus dipilih sebuah DBMS untuk mengimplementasikan desain database, dan mengubah konsep desain database menjadi sebuah skema database dalam model data dari DBMS terpilih.
4. Perbaikan Skema: Langkah berikutnya  adalah analisis sekumpulan relasi dalam skema database relasional untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul, dan memperbaikinya. Berbeda dengan alaisis persyaratan dan langkah-langkah desain konseptual, yang secara esensial bersifat subjektif, perbaikan skema dapat dipandu oleh beberapa teori yang kuat dan bagus.  Langkah keempat ini, para akademis IT lebih sering disebut dengan Normalisasi.
5. Desain Database Fisik: pada langkah ini, dipertimbagkan beban kerja umum yang diharapkan dapat didukung oleh database dan memperbaiki desain database di masa mendatang untuk memastikan terpenuhinya kriteria performa yang diinginkan. Langkah ini hanya mencakup pembuatan indeks pada beberapa tabe dan mengelompokkan beberapa tabel, atau bahkan melibatkan desain ulang yang substansial terhadap beberapa bagian skema database yang didapat dari langkah pertama desain database.
6. Desain Aplikasi dan Keamanan: Semua proyek perangkat lunak yang melibatkan sebuah DBMS harus mempertimbangkan aspek aplikasi yang berada di luar database itu sendiri. Metodologi desain seperti UML mencoba menekankan desain perangkat lunak dan siklus pengembangan yang lengkap.

Database pelanggan
Sebuah pusat database pelanggan akan dapat membantu mendorong penjualan dan pada akhirnya  mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi pada kegiatan pemasaran. Apa yang membuat sebuah database pelanggan dikatakan baik? Jawabannya tentu akan tergantung pada kebutuhan spesifik dari perusahaan, dibawah ini adalah beberapa kriteria mengenai database pelanggan yang baik:

1. Database pelanggan harus mampu melacak (track) sumber lead
2. Bentuknya Sederhana (user friendly)
3. Mudah untuk menemukan kontak

Database pelanggan yang baik akan sangat bermanfaat untuk menunjang sistem Customer Relation Management (CRM) yang akan membantu perusahaan untuk menjadi lebih produktif.
Sistem CRM akan membatu perusahaan antara lain untuk:
- mengingatkan kapan akan mengirim email atau brosur,
- menyimpan data sejarah dari pelanggan
- catatan panggilan telpon
- jumlah komplain
- jumlah pembelian dan cara pembayarannya
- dan sebagainya

berbagai sumber



Monday, May 2, 2011

Database Management System (DBMS) sebagai penunjang Customer Relationship Management (CRM)

DBMS
Pengertian database sendiri  adalah sekumpulan data yang berhubungan dengan secara logika dan memiliki beberapa arti yang saling berpautan. Database pelanggan merupakan daftar yang terdiri dari nama-nama pelanggan dimana marketer telah menambahkan informasi  tambahan sesuai dengan sistem yang mereka pilih. Daftar ini terdiri dari pelanggan aktif, pelanggan tidak aktif, inquirers  serta referrals. Database pelanggan merupakan kunci dalam membina hubungan dengan konsumen yang kuat serta retensi konsumen.  Daftar ini juga menjadi kendaraan dimana suatu perusahaan menyimpannya sebagai sebuah dokumen komprehensiv atas tiap pelanggan. Informasi ini dapat meliputi pembelian pelanggan, demografi (umur, tempat tanggal lahir, pendapatan, status pernikahan), psikografi (aktivitas, ketertarikan, opini), dan hal yang lainnya. Data-data yang telah didapatkan serta dikumpulkan ini kemudian digunakan oleh marketer guna melakukan pendekatan lebih lanjut terhadap konsumen dan membina hubungan yang lebih dekat terhadap tiap pelanggan. Semakin kuat hubungan perusahaan dengan pelanggan, maka intensitas pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan yang jauh terhadap tiap pelanggan. Database Management System (DBMS) sebenarnya merupakan paket program (Software) yang dibuat agar memudahkan dan engefisienkan: input, editing, penghapusan dan pengambilan informasi terhadap suatu database. Adapun software yang dapat digolongkan kedalam DBMS antara lain, Microsoft SQL, MySQL, Oracle, MS. Access. DBMS ini memungkinkan seorang user untuk dapat mendefinisikan, membuat, dan memelihara serta menyediakan akses terkontrol terhadap data.
DBMS yang utuh biasanya terdiri dari :
1. Hardware
Hardware merupakan sistem komputer yang digunakan untuk menyimpan dan mengakses databse. Dalam sebuah organisasi berskala besar, hardware terdiri : jaringan dengan sebuah server pusat dan beberapa program client yang berjalan di komputer desktop.
2. Software beserta utility
Software adalah DBMS yang aktual. DBMS memungkinkan para user untuk berkomunikasi dengan database. Dengan kata lain DBMS merupakan mediator antara database dengan user. Sebuah database harus memuat seluruh data yang diperlukan oleh sebuah organisasi.
3. Prosedur
Bagian integral dari setiap sistem adalah sekumpulan prosedur yang mengontrol jalannya sistem, yaitu praktek-praktek nyata yang harus diikuti user untuk mendapatkan, memasukkan, menjaga, dan mengambil data
4. Data
Data adalah jantung dari DBMS. Ada dua jenis data. Pertama, adalah kumpulan informasi yang diperlukan oleh suatu organisasi. Jenis data kedua adalah metadata, yaitu informasi mengenai database.
5. User
Ada sejumlah user yang dapat mengakses atau mengambil data sesuai dengan kebutuhan penggunaan aplikasi-aplikasi dan interface yang disediakan oleh DBMS, antara lain adalah: database administrator, enduser, programmer aplikasi

CRM 
Para marketeer mencari berbagai cara yang paling optimal serta efisien dalam memaksimal keuntungan perusahaan. Dua cara terdefinisikan guna meraih tujuan ini.:
1. mencari pelanggan baru 
2. melakukan pendekatan kepada pelanggan yang sudah ada untuk kembali membeli barang atau menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 
Akan tetapi, sudah banyak pembuktian bahwa pencarian pelanggan baru bukanlah cara yang paling tepat dikarenakan cara ini tidak dapat meraup keuntungan sebanyak dengan sistem retensi pelanggan. Oleh karenanya para marketer lebih memilih untuk mengarahkan program pemasaran mereka dengan pendekatan retensi pelanggan yang sudah mereka miliki.  
Customer Relation Management (CRM) adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas prapenjualan dan pascapenjualan dalam sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang berhubungan dengan calon pelanggan dan pelanggan saat ini, termasuk di dalamnya adalah pusat panggilan (call center), tenaga penjualan (sales force), pemasaran, dukungan teknis (technical support) dan layanan lapangan (field service). Tujuan utama dari CRM adalah untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan (behavior) pelanggan, dan menyediakan umpan balik yang lebih efektif.

DBMS dan CRM 
Bagaimanakah cara perusahaan menjaga konsumennya? tentunya dengan  cara membuat konsumen puas serta senang. Karena pelanggan yang senang akan cenderung bersifat loyal, yang akan membawa efek benefisial, yakni profit lebih tinggi untuk perusahaan selama kehidupan mereka. Beberapa alasan yang mendasari hal ini adalah sebagai berikut:
1.konsumen yang loyal cenderung meningkatkan konsumsi mereka terhadap produk
2.konsumen loyal cenderung membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk dilayani dibandingkan dengan konsumen baru
3.konsumen loyal cenderung bersifat sebagai pelanggan yang senang dan membicarakan perusahaan ke arah yang positif, atau biasa dikenal dengan istilah buzz advertising.
4. Konsumen loyal cenderung kurang sensitive terhadap harga, sehingga berapapun harga yang ditawarkan oleh perusahaan, akan tetap dibeli oleh pelanggan tersebut karena pelanggan sudah percaya dengan perusahaan dan tidak perlu memikirkan lagi tentang faktor harga.

Setelah perusahaan mengumpulkan data konsumen melalui berbagai cara, seperti pengisian kuisioner, registrasi data pribadi melalui web, serta cara-cara lainnya, maka data ini kemudian akan dikembangkan oleh marketeer untuk digunakan sebagai  tujuan-tujuan tertentu. Adapun beberapa cara guna menggunakan database konsumen ini antara lain, profil konsumen. Melalui data demografis, geografis, sosial, fisiologikal, dan behavioral maka marketer dapat secara lebih dekat mengerti strategi marketing apa yang harus digunakan guna mendekatkan perusahaan terhadap individu-individu yang berbeda. Pendekatan terhadap konsumen terbaik perusahaan juga dapat dilakukan. Kemudian, melalui database konsumen, perusahaan dapat mengembangkan program komunikasi pelanggan, dimana one-on-one communication menjadi benefit utama atas penggunaan database pelanggan ini. Riset marketing yang berkaitan dengan performa perusahaan serta konsumen potensial juga menjadi keuntungan bagi perusahaan yang dapat memaintenance database pelanggan secara baik. Tentunya, riset ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja dari perusahaan serta menambah profit.

Dalam kaitannya dengan CRM, 
CRM adalah strategi tingkat korporasi, yang berfokus pada pembangunan dan pemeliharaan hubungan dengan pelanggan yang direncanakan untuk mengidentifikasi serta memaksimalisasi nilai konsumen. Dalam hal ini, peranan database management system (DBMS) sangat penting untuk  menudukung pemanfaatan potensi CRM secara menyeluruh.

Sumber:
Chaffey, Mayer, Johnson, dan Chadwick, (2000)
Wikipedia
Spiller & Baier, (2009)
www.sugarcrm.com/






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...