Shift kerja menurut Riggio (1996),”Work shift are any sort of scheduling in which groups of employees alternate working time to keep the work place in extended or continuous operation”. Yang berarti bahwa shift kerja adalah bentuk penjadwalan kerja dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi atau operasi yang terus-menerus. Alasan penting mengapa shift kerja sering dipakai sampai saat ini karena:
a. Orientasi produksi badan usaha yang harus terus-menerus beroperasi (24jam) untuk memenuhi permintaan barang atau jasa dari produk. Ini mengharuskan badan usaha menggunakan 2 atau bahkan 3 shift untuk menutup permintaan tersebut.
b. Alasan biaya, mahalnya biaya set-up mesin-mesin pabrik jika sampai proses produksi terhenti, hal ini banyak terjadi pada mesin-mesin industri berat yang bila mesin sampai dimatikan maka membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kinerja seperti semula.
c. Bagi pada pekerja sendiri lebih fleksibel dalam mengatur kepentingan dan kebutuhan mereka dengan waktu kerja.
Dampak Shift kerja
Tubuh manusia mempunyai daya tahan yang terbatas, kondisi tersebut menyebabkan beragam dampak dari shift kerja karena unsur-unsur yang manusiawi yaitu physiological variable seperti halnya, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh juga non-physiological variable seperti kinerja individu, tingkat kewaspadaan dan lain sebagainya akan lebih baik pada siang hari dan rendah di malam hari. Siklus ini akan berulang setiap 24 jam dan disebut juga dengan “Carcadian Cycle” Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Glueck (1978)”Second and third shift work generally affects employees adversely, it interferences with time-oriented bodily functions, such as digestion, sleeping, and elimination”. Dampak dari shift kerja menurut Dipboye (1995) adalah sebagai berikut:
a. Job performance, perubahan jadwal shift secara terus-menerus menyebabkan pekerja harus terus menyesuaikan dengan perubahan yang ada, seperti waktu istirahat dan waktu kerja. Sehingga dapat terjadi perbedaan kinerja antar shift di badan usaha.
b. Job-Related Attitude, pekerja yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi yang negatif.
c. Personal Health, shift kerja dapat mengganggu kesehatan secara fisik maupun mental.
d. Social and Domestic Factor, pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan kesulitan dalam bersosialisasi, komunikasi dan aktivitas religius dengan lingkungannya karena jadwal kerja.
Jenis Shift Kerja
Shift kerja dapat diatur menurut kebutuhan dan kondisi dari badan usaha, Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi 6 bentuk, yaitu:
a. Fixed Shift, setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah.
b. Rotating Shift, karyawan secara bergiliran bekerja pada shift kerja yang telah diatur.
c. Oscilatting Shift, satu kelompok dari karyawan mempunyai shift tetap dan sisa dari kelompok dirotasi.
d. Primary Shift, setiap karyawan punya shift tetap tetapi dapat berpindah ke shift yang lain untuk sementara waktu.
e. Staggered Shift, shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan.
f. Mixed Shift, gabungan dari dua atau lebih bentuk shift diatas untuk pekerja dalam satu bagian atau departemen yang sama.
Dampak Shift kerja
Tubuh manusia mempunyai daya tahan yang terbatas, kondisi tersebut menyebabkan beragam dampak dari shift kerja karena unsur-unsur yang manusiawi yaitu physiological variable seperti halnya, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh juga non-physiological variable seperti kinerja individu, tingkat kewaspadaan dan lain sebagainya akan lebih baik pada siang hari dan rendah di malam hari. Siklus ini akan berulang setiap 24 jam dan disebut juga dengan “Carcadian Cycle” Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Glueck (1978)”Second and third shift work generally affects employees adversely, it interferences with time-oriented bodily functions, such as digestion, sleeping, and elimination”. Dampak dari shift kerja menurut Dipboye (1995) adalah sebagai berikut:
a. Job performance, perubahan jadwal shift secara terus-menerus menyebabkan pekerja harus terus menyesuaikan dengan perubahan yang ada, seperti waktu istirahat dan waktu kerja. Sehingga dapat terjadi perbedaan kinerja antar shift di badan usaha.
b. Job-Related Attitude, pekerja yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi yang negatif.
c. Personal Health, shift kerja dapat mengganggu kesehatan secara fisik maupun mental.
d. Social and Domestic Factor, pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan kesulitan dalam bersosialisasi, komunikasi dan aktivitas religius dengan lingkungannya karena jadwal kerja.
Jenis Shift Kerja
Shift kerja dapat diatur menurut kebutuhan dan kondisi dari badan usaha, Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi 6 bentuk, yaitu:
a. Fixed Shift, setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah.
b. Rotating Shift, karyawan secara bergiliran bekerja pada shift kerja yang telah diatur.
c. Oscilatting Shift, satu kelompok dari karyawan mempunyai shift tetap dan sisa dari kelompok dirotasi.
d. Primary Shift, setiap karyawan punya shift tetap tetapi dapat berpindah ke shift yang lain untuk sementara waktu.
e. Staggered Shift, shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan.
f. Mixed Shift, gabungan dari dua atau lebih bentuk shift diatas untuk pekerja dalam satu bagian atau departemen yang sama.
Sumber:
Riggio, Ronald E., Introduction to Industrial / Organizational Psychology, Second Edition , Harper Collins College Publisher, 1996.
Glueck, William, F., Personnel a Diagnostic Approach, McGraw-Hill International Edition, New York, 1978.
Coleman, Richard M., The 24 Hour Business: Maximizing Productivity Through Round-The-Clock Operations, Amacom division of American Management Association, Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, New York, 1995
Dipboye, L., Robert., and Carlla S.M., Understanding An Industrial and Integrated Organizational Approach Psychology, Hourcourt Brace International Edition, Forth Worth, 1994.
No comments:
Post a Comment